Kapal Vs Tongkang di Sungai Barito

Kapal Vs Tongkang di Sungai Barito
Peristiwa tabrakan kapal dan tongkang kembali terjadi di perairan Sungai Barito. Kali ini kapal MV Bintang Jasa 9 yang bermuatan puluhan kontainer karam setelah bertabrakan dengan tongkang TK 3232 bermuatan batu bara, Minggu (13/11) dini hari.

Berdasar informasi, tabrakan terjadi Sabtu (12/11) malam sekitar pukul 19.00 Wita di kawasan PT Gunung Meranti. Namun perlahan-lahan mulai tenggelam dan kandas Minggu dini hari.

Data dihimpunan, saat kejadian lokasi tersebut sedang dilanda cuaca buruk. Akibatnya, Tugboat Intan Kelana 5 yang sedang labuh jangkar terseret arus dan bergerak melintang dari tempatnya berlabuh.

Kapal MV Bintang Jasa 9 yang sedang menuju Pelabuhan Trisakti berusaha menghindari tabrakan, tapi dari arah hulu sungai sedang bergerak TB Sabang 59 yang menarik TK 3232 bermuatan batubara.

Lolos dari tabrakan dengan TB Intan Kelana 5 dan TB Sabang 59, lambung kanan MV Bintang Jasa 9 menghantam badan TK 3232.

Terkait peristiwa tersebut Pihak Adpel Banjarmasin, melalui Kabid Penjagaan dan Penyelamatan, Hapid Budiman, mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan kepada kedua nakhoda, Senin (14/11).

Sementara pihak pelindo Banjarmasin, melalui, Asisten Manager Operasi Pelindo III, Joko Priyono mengakui saat kejadian cuaca memang sedang buruk.

Pengamat Transportasi dari Universitas Lambung Mangkurat, Hasrul Ariffin, menyesalkan sering terjadinya tabrakan antarkapal di perairan Kalsel. Dia berpendapat, perlu kajian menyeluruh terkait dengan kejadian tabrakan di kawasan alur Barito itu.

Dia juga menyayangkan, kejadian tabrakan KM Marina Nusantara dengan kapal tongkang hingga saat ini kajiannya belum keluar. "Informasinya, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mau datang menyelidiki penyebab tabrakan akan tetapi hingga saat ini belum ada penjelasan hasilnya," ujarnya, kemarin.

Menurutnya, kalau kajian KNKT hasilnya disampaikan, pengambil kebijakan pelayaran di Sungai Barito bisa mengevaluasi untuk perbaikan arus transportasi di sana.

Diakuinya, sepintas bila melihat dari udara, alur Barito terlihat masih aman. Kapal-kapal tongkang antre bergerak di tengah- tengah alur.

"Memang, kemungkinan bisa jadi tabrakan terjadi di daerah alur yang sempit. Terlihat, makin ke hulu alur Barito memang makin sempit," ujarnya.

Padahal, pelayaran di kawasan Alur Barito cukup tinggi, terutama arus lalu lintas angkutan batu bara. Karena itu, memang nakhoda kapal perlu lebih hati-hati lagi untuk mengantisipasi tabrakan yang terjadi.

"Penyebab tabrakan kapal di Alur Barito memang harus dikaji lagi apakah terjadi di jalur yang sempit ataukah di jalur yang lebar," pintanya.

Menurutnya, bila tabrakan terjadi di jalur yang sempit, ada kemungkinan memang perlu pengaturan di lokasi tersebut.

Tapi bila tabrakan terjadi di alur yang lebar, Hasrul menilai, besar kemungkinan hal itu disebabkan kesalahan nakhoda.

"Kondisi kapal pun bisa menjadi penentu terjadinya tabrakan. Karena itu, perlu kajian menyeluruh mengenai penyebab tabrakan yang terjadi di banua," ungkapnya

Berita Lainnya

Index