Petugas KPPS Mulai Berguguran, Kemenkes Terima Laporan 13 Wafat

Petugas KPPS Mulai Berguguran, Kemenkes Terima Laporan 13 Wafat
Petugas KPPS Pemilu 2024 meninggal dunia usai menjalankan tugas (Foto/menit24)

Metroterkini.com - Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bertugas di Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024), mulai berguguran. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerima laporan adanya 13 orang petugas KPPS meninggal dunia.

Dikutip dari Tirto.co.id, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, pihak Kemenkes melalui Dinas Kesehatan setempat tengah melakukan verifikasi terhadap laporan kematian 13 petugas PPKS tersebut.

"Ada dilaporkan 13 kematian, tapi masih proses verifikasi Dinkes setempat," ujar Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan tertulis, Kamis (15/2/2024), dilansir dari Antara.

Selain laporan petugas KPPS meninggal, Kemenkes juga menerima laporan dari fasilitas kesehatan baik klinik, rumah sakit, maupun puskesmas, terkait adanya sejumlah petugas yang berobat jalan.

Masih menurut Siri Nadia sekitar 15 persen dari petugas KPPS memang berusia di atas 55 tahun. Padahal salah satu syarat menjadi petugas KPPS yakni usia maksimal 55 tahun.

"Masih ada sekitar 15 persen petugas yang berusia lebih dari 55 tahun dikarenakan memang terbatasnya yang berkenan menjadi petugas. Selain itu masih ada yang memiliki penyakit komorbid, tetapi tidak terkontrol," kata Nadia.

Dia mengatakan sebelumnya terdapat sejumlah upaya guna mengurangi risiko pada kesehatan saat pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) berlangsung, seperti skrining kesehatan bagi yang mendaftar sebagai KPPS.

Syarat-syarat yang diajukan, kata dia, antara lain usia yang dibatasi mulai dari 20 hingga 55 tahun. Selain itu mereka mengutamakan orang-orang yang tidak memiliki komorbiditas atau penyakit kronis, semisal penyakit jantung, hipertensi, gangguan ginjal, stroke, dan penyakit paru.

"Sehat secara kejiwaan, tidak memiliki gangguan mental dalam bentuk apapun," kata Nadia.

Selain itu mereka juga membatasi waktu bekerja, yaitu 8 hingga 10 jam sehari. Nadia menyatakan, pihaknya juga senantiasa mengedukasi masyarakat mengenai protokol kesehatan serta konsep 4C bagi petugas KPPS yaitu cukup tidur, cukup minum, cukup makan, dan cukup olahraga.

Selain itu diberitakan, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 18 Desa/Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Dul Hanan (50), meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Rogojampi, Rabu (14/2/2024).

Sementara itu, Satriawan (44), salah seorang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 86, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, meninggal dunia, Rabu (14/2/2024).

Dikutip dari Inews.id, Satriawan yang merupakan petugas KPPS di TPS 86 Perumahan Taman Nuri, meninggal dunia usai melakukan penghitungan surat suara sesi pertama. Satriawan diduga meninggal karena kelelahan setelah melakukan penghitungan surat suara.

Ketua KPPS TPS 86, Aris, menyampaikan bahwa Satriawan tiba-tiba tidak sadarkan diri saat sedang beristirahat di depan TPS setelah melakukan penghitungan surat suara.

Korban segera dilarikan ke sebuah klinik yang berjarak satu kilometer dari TPS. Namun, Satriawan dinyatakan telah meninggal dunia saat sampai di klinik.

Satriawan itu diduga kelelahan setelah dua hari penuh mempersiapkan tempat pemungutan suara.

"Sebagai pengemudi ojek online, dia memiliki jadwal yang padat, dan keterlibatannya sebagai petugas KPPS menambah beban pekerjaannya," ucap Aris, Kamis (15/2/2023).

Dikutip dari Antaranews.com, Teguh Joko Pratikno (43), anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 011 Kelurahan Curugsewu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, juga dilaporkan meninggal dunia saat bertugas dalam penghitungan suara Pemilu 2024.

Kepala Desa Curugsewu, Khaeri, di Kendal, Kamis, mengatakan almarhum meninggal dunia saat proses rekapitulasi perhitungan suara di TPS pada Rabu (14/2) malam sekitar pukul 23.30 WIB.

Menurut dia, korban pada saat kejadian sedang mengurus administrasi rekapitulasi hasil perhitungan suara bersama anggota KPPS yang lain.

Almarhum kemudian sempat terjatuh usai berjongkok saat di TPS tersebut. "Setelah terjatuh langsung kejang-kejang," katanya.

Kabar lainya, seorang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Bogor bernama Sinta Maharani (19), juga meninggal dunia usai menjalani proses perhitungan suara Pemilu 2024 pada Kamis (15/2/2024) dini hari.

Sinta Maharani (19) bertugas di TPS 07 Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.

Korban diduga kelelahan setelah menjalani proses pemungutan dan penghitungan suara sampai dini hari pukul 02.00 WIB.

Kapolsek Leuwiliang Kompol Agus Supriyanto mengatakan, Sinta meninggal pada pagi pukul 06.00 WIB, Kamis tadi.

"Korban adalah anggota KPPS 7 Kampung Jambu RT, 02/02, Desa Sibanteng, atas nama Sinta Maharani, umur 19 tahun, masih muda, meninggal dunia," kata Agus dikutip dari Kompas.com

Sedangkan di Sumatera Utara juga ada petugas KPPS meninggal dunia. Korban bernama Larso (55), meninggal dunia pada Kamis (15/2/2024) sekitar pukul 08.30 WIB.

Larso merupakan petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01, Dusun I, Desa Sawit Hulu, Kecamatan Sawit Sebrang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Larso tiba-tiba mengalami sesak dan kesulitan bernapas seperti kesaksian dari warga di sekitar TPS yang bernama Susanto (40), awalnya seluruh petugas KPPS di TPS 01 tengah berkumpul dan beres-beres selepas pelaksanaan pencoblosan Pemilu 2024.

Larso meninggal dalam perjalanan menuju klinik. Kemudian, berdasarkan penjelasan Susanto, diketahui bahwa almarhum memiliki riwayat sakit asma.

Kasus kematian petugas KPPS juga terjadi di Jakarta di hari pencoblosan, Rabu (14/2/2024). Korban adalah Ketua KPPS di TPS 70 Kelurahan Rawa Badak Utara, Jakarta Utara, Iyos Rusli. Ia meninggal saat melaksanakan tugas di TPS.

Iyos tumbang saat penghitungan surat suara, yang mengeluh tidak enak badan, lalu pamit pulang ke rumahnya. Sesampai di rumahnya di Jalan Rawabinangun VIII, Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, pria berusia 50 tahun itu langsung pingsan.

Kemudian Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) Kelurahan Rawa Badak Utara, Aipda Sigit Kamseno memanggil dokter. Menurut dokter di tubuh korban tidak ada tanda-tanda kekerasan, tetapi dilaporkan memiliki riwayat diabetes.***

Berita Lainnya

Index