Metroterkini.com - Setelah sebelumnya Dewan Pakar PKPI, Teddy Gusnaidi yang mempertanyakan tentang peran Refly Harun dalam ujaran kebencian yang diutarakan oleh Sugi Nur Raharja alias Gus Nur, kini mantan politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, juga menyebut nama Refly Harun.
Ia mengharapkan agar pihak kepolisian tidak hanya menangkap Gus Nur, melainkan juga memproses hukum pakar hukum tata negara, Refly Harun, mengingat Refly merupakan pemilik akun yang memuat ujaran Gus Nur tersebut.
"Kita dorong juga @DivHumas_Polri untuk proses hukum @ReflyHZ sebagai pemilik akun penyebar fitnah Sugi Nur," tegas Ferdinand dalam akun Twitter pribadinya, @FerdinandHaean3 pada Sabtu, 24 Oktober 2020, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs RRI.
Terkait hal tersebut, Ferdinand mengaku berharap agar dengan ditangkapnya Gus Nur, semua pihak yang kerap melontarkan ujaran kebencian ataupun fitnah dapat segera bertobat.
"Dengan ditangkapnya Sugi Nur oleh Polri, kita berharap para tukang fitnah dan tukang sembur ujaran kebencian bertobat dan tidak membenturkan perilaku kriminalnya dengan kebebasan berpendapat," ujar Ferdinand.
Dgn ditangkapnya Sugi Nur olh POLRI, kita berharap para tukang fitnah dan tukang sembur ujaran kebencian bertobat dan tdk membenturkan perilaku kriminalnya dgn kebebasan berpendapat.
Kt dorong jg @DivHumas_Polri utk proses hukum @ReflyHZ sbg pemilik akun penebar fitnah Sugi Nur— Ferdinand Hutahaean (@FerdinandHaean3) October 24, 2020
Sebelumnya, dikabarkan bahwa dini hari tadi Gus Nur ditangkap oleh Bareskrim Polri gara-gara mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) berubah 180 derajat setelah rezim ini lahir. Ucapannya itu dianggap telah menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan yang bermuatan SARA dan penghinaan.
Diunggah dalam kanal YouTube Refly Harun, Gus Nur membuat pernyataan kontroversial tersebut.
Saat berbincang dengan Refly Harun, Gus Nur menganalogikan NU dengan bus yang sopir, kernet hingga penumpangnya tidak berlaku selayaknya organisasi keagamaan.
"Setelah rezim ini lahir, tiba-tiba 180 derajat berubah. Saya ibarat NU sekarang seperti bus umum sopirnya mabuk, kondekturnya teler, kernetnya juga begitu, dan penumpangnya kurang ajar semua. Perokok juga, nyanyi juga, buka aurat juga, dangdutan juga. Jadi kesucian NU yang selama ini saya kenal itu nggak ada sekarang ini," ujar Gus Nur, pada Senin, 19 Oktober lalu. [***]