Polri: Kejagung Terbakar Akibat Kelalaian

Polri: Kejagung Terbakar Akibat Kelalaian

Metroterkini.com - Polri mengatakan telah melakukan penyelidikan terhadap semua kemungkinan yang menjadi penyebab kebakaran Gedung Utama Kejaksaan Agung (Kejagung). Hasilnya, ditegaskan Polri, memang tidak ada kesengajaan untuk membakar gedung tersebut.

"Terkait motif, kami menyimpulkan bahwa kebakaran Kejaksaan Agung karena kelalaian. Kita sudah melakukan penyidikan terhadap semua kemungkinan, semua kemungkinan," kata Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri, Brigjen Ferdy Sambo kepada wartawan di Bareskrim, Mabes Polri, Jumat (23/10/2020).

Ferdy meyakinkan bila pihaknya telah melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan dibakar atau tidaknya gedung tersebut. Namun telah dipastikan penyebab kebakaran adalah pekerja yang membuang puntung rokok sembarangan dan kebetulan kondisi ruangan mudah terbakar.

"Kemungkinan yang pertama tadi kita sudah maksimalkan apakah ini dibakar atau tidak. Semua kemungkinan-kemungkinan ini dari pemeriksaan saksi, petunjuk, ahli, maka disimpulkan nggak ada kesengajaan dari mereka untuk melakukan pembakaran," terang Ferdy.

"Tetapi karena kelalaiannya merokok di sembarang tempat, membuang puntung di sembarang tempat dengan kondisi ruangan yang ada barang-barang yang mudah terbakar, sehingga menyebabkan terjadinya proses yang disampaikan oleh ahli tadi," imbuh Ferdy.

Bareskrim Polri telah menyimpulkan penyebab kebakaran Gedung Utama Kejagung karena kealpaan. Ahli forensik kebakaran Yulianto menjelaskan, secara umum penyebab kebakaran hingga analisisnya soal peristiwa di Kejagung.

"Jadi peristiwa kebakaran itu selalu diawali oleh api yang kecil. Di dalam proses, kalau dia berasal dari rokok, maka dia akan melalui proses yang disebut membara. Proses membara ini cirinya menghasilkan asap yang banyak sekali, berwarna putih," kata Yulianto kepada wartawan pada kesempatan yang sama.

Dalam proses membara ini, lanjut Yulianto, dapat terjadi proses transisi menuju ke tahap flaming. Yulianto menggambarkan proses transisi dengan contoh sebuah rokok menyala.

"Mengalami transisi menuju ke arah flaming. Kalau membara, kita ada yang merokok misalnya, kalau kita masukan alat ukur temperatur, itu kurang lebih 600 derajat celcius. Begitu dia bertransisi menjadi flaming combation, bisa di atas 1.000 derajat celsius," jelas Yulianto. [***]
 

Berita Lainnya

Index