Pemanfaatan Energi Alternatif Bantu Defisit Listrik Riau

Pemanfaatan Energi Alternatif Bantu Defisit Listrik Riau

Metroterkini.com - Kondisi penyediaan listrik dari PT  PLN (Persero) di Provinsi Riau saat ini masih terbatas, karena belum semua masyarakat bisa menikmatinya. Kondisi ini tidak hanya menjadi beban pemerintah Provinsi Riau untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik untuk kebutuhan masyarakat, karena secara nasional, persoalan energi listrik masih menjadi isu nasional.

Untuk menjawab semua kebutuhan energi listrik, pemerintah Provinsi Riau terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat Riau. Pemerintah Pusat melalui  Perpres No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Perpres No 71 Tahun 2006 menugaskan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik menggunakan batubara, termasuk Provinsi Riau. 

Belum lama ini, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dalam Diskusi Forum Ketahanan Energi Nasional di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (08/09/2016) mengeluhkan persoalan kelistrikan di Riau. Diskusi yang dibuka Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan ini dihadiri pula oleh Ketua Ikal Agum Gumelar, Menteri Pertanahan dan Agraria Sofyan Djalil, Ketua Komisi VII DPR RI, Gubernur Lemhanas dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Gubernur Riau membicarakan tentang kekurangan tenaga listrik di Provinsi Riau serta upaya yang diambil Provinsi Riau dalam menghadapi kekurangan tenaga listrik itu. Gubernur hadir didampinggi Kepala Dinas (Kadis) Energi dan Sumber Daya Mineral Syahrial Abdi serta Kepala Badan Penghubung Provinsi Riau Doni Aprialdi.

Luhut mengungkapkan buruknya manajemen energi di Indonesia dan perlahan harus itu harus dibereskan. Terutama, harus dikuatkan komitmen untuk menguntungkan negara. "Ingat teamwork (kerjasama tim,red) harus jalan. Jika tidak, maka sasaran dan kinerja kita tidak akan tercapai," ungkapnya.

Terkait hal tersebut, PT PLN  (Persero) bersama Konsorsium Kontraktor yang dimotori PT Rekayasa Industri (Persero), sejak 2011 lalu telah memulai pekerjaan fisik pembangunan Pembangkit Listrik di Riau dengan kapasitas 2 x 100 Mega Watt yang berlokasi di Tenayan Raya Kota Pekanbaru.  

Selain percepatan penyelesaian pembangkit listrik Riau, PT PLN juga sedang berupaya melakukan percepatan untuk penyediaan transmisi jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dari GI Teluk Lembu ke Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU) di Tenayan Raya yang berjarak sekitar 8 km dengan jumlah tower yang diperlukan sebanyak 27 buah. 

Riau saat ini setidaknya memiliki lima pembangkit listrik dengan kemampuan memasok 190,8 mega watt. Meliputi PLTA Koto Panjang 114 MW, PLTG Teluk Lembu 43,3 MW, PLTD Teluk Lembu 7,5 MW, PLTD Dumai atau Bagan Besar 8 MW dan PLTG Riau Power 20 MW. Jadi, listrik di Riau masih defisit sampai 135,47 MW.

Untuk menekan persoalan kelistrikan di Riau baru akan bisa mendekati normal sebesar kebutuhan beban puncak pemakaian jika tahun 2016 ini seluruh pemerintah daerah yang didukung pemerintah provinsi mendorong PT PLN mewujudkan penambahan pasokan 2x100 MW yang bakal dihasilkan oleh PLTU Tenayan Raya. 

Di Riau saat ini sudah ada produsen crude palm oil (CPO) yang memiliki pembangkit sendiri, artinya tidak sepenuhnya tergantung dari listrik PT PLN, seperti di Kabupaten Rokan Hulu dan dalam waktu dekat akan terealisasi di Kabupaten Kampar.

Sementara itu, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)  Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) menyatakan kesiapan dalam memasarkan energi listrik dari bahan bakar terbarukan seperti menggunakan limbah cair kelapa sawit.

Untuk Provinsi Riau telah ada 14 investor baik pemodal asing maupun dalam negeri telah melakukan investasi bidang energi listrik terbarukan, terutama memakai limbah cair kelapas sawit atau biomassa.

Pemerintah Provinsi Riau sejak akhir tahun 2014 hingga kini berulang kali dorong pembangunan pembangkit listrik memanfaatkan lembah sawit oleh sawasta, demi mengatasi kekurangan pasokan energi listrik di daerah itu terutama saat beban puncak.

Untuk mengatasi kekurangan energi listrik, sejumlah perusahaan swasta di Riau setidaknya telah memanfaatkan limbah untuk energi listrik alternatif. Pada tahun 2014, Pilot project pembangunan pembangkit listrik tenaga biomass 1 MW di Desa Rantau Sakti Kecamatan Tambusai Utara, Roka Hulu Propinsi Riau, telah dimulai pembangunannya.

Pembangkit listrik biomassa ini berasal dari pemanfaatan limbah cair sawit (POME) dari perkebunan sawit di daerah Riau. Biomassa yang berasal dari limbah sawit ini adalah jenis energi terbarukan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik masa depan yang ramah lingkungan Limbah cair sawit ini sangat banyak diproduksi dari perkebunan sawit yang terdapat hampir diseluruh propinsi Indonesia. 

PLT Biomass ini mempunyai kapasitas terpasang sebesar 1 MW dan akan mengaliri listrik sebanyak 1.050 keluarga. Keunggulan dari PLT Biomassa ini dapat beroperasi secara stabil 24 jam dan tidak dipengaruhi oleh faktor cuaca, sangat ramah lingkungan dan listrik yang dihasilkannya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga BBM.

Investasi bidang energi listrik terbarukan di Riau seperti limbah cair kelapa sawit dan biomassa adalah energi terbarukan, sebagai pengganti energi seperti gas, diesel, batu bara, dan air. 

Semua sumber tenaga penghasil listrik ada di Riau dan pemerintah Provinsi Riau bersama PT (Persero) PLN terus menjajaki sumber-sumber penghasil listrik tersebut.

Selain itu krisis listrik di Riau tidak bisa teratasi jika pemerintah hanya membangun proyek pembangkit listrik, tanpa gardu induk. Karena pembangkit listrik akan terkoneksi ke daerah lain.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Syahrial Abdi, belum lama ini mengatakan, gardu induk adalah alat yang langsung mengaliri listrik ke rumah tangga. Gardu induk berfungsi untuk memecah arus dan mengaliri listrik ke rumah tangga," katanya.

Saat ini Riau membutuhkan 19 gardu induk untuk mengatasi krisis listrik di daerahnya dari jumlah yang yang ada saat ini yaitu 8 gardu induk. Syahrial mengatakan pemerintah telah mengajukan kepada PLN untuk pembangunan gardu induk. Namun, masih terkendala oleh proses investasi PLN yang membutuhkan waktu. 

Menurutnya, Riau saat ini mengalami defisit listik mencapai 8.000 MW. Beberapa daerah masih menggunakan mesin diesel sendiri, seperti di daerah pesisir. Bahkan ada beberapa daerah yang sama sekali masih menggunakan lilin atau sama sekali tidak menggunakan listrik.

Dinas ESDM Provinsi Riau Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan akan terus melaksanakan kegiatan pengadaaan fasilitas listrik. Dalam hal ini berupa pembangunan tiang, jaringan listrik dan travo di 12 lokasi yang tersebar di 7 (tujuh) kabupaten/kota di Provinsi Riau. Diantara lokasi yang akan direncanakan pembangunan tersebut adalah :

Pekanbaru di Kec. Rumbai Pesisir, Kec. Rumbai Bukit, Kab Kampar di Dusun IV Koto, Desa Danau Lancang, Kec. Tapung Hulu. Kabupaten Pelalawan dari Kel. Teluk Meranti ke Desa Teluk Binjai Kec. Teluk Meranti, dari Desa Teluk Binjai ke Petodaan Kec. Teluk Meranti

Kabupaten Siak di Kampung Sengkemang, Desa Empang Pandan, Kec. Koto Gasib, Desa Sungai Gondang, Kec. Kandis

Kabupayen Indragiri Hulu, Desa Rimba Seminai, Kec. Rakit Kulim, Desa Talang Durian Cacar, Kec. Rakit Kulim

Kabupaten Indragiri Hilir di Desa Sungai Rabit, Kec. Kempas, Desa Karya Tunas Jaya, Kecamatan Tempuling

Kabupaten Rokan Hilir, Kepenghuluan Bukit Selamat, Kec. Simpang Kanan

[adv-humas]

Berita Lainnya

Index