Metroterkini.com - Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasa (Kontras) Haris Azhar didampingi sejumlah aktivis lokal mendatangi Polda Riau, Jumat (30/9/16). Hanya saja, keinginan menemui Kapolda Riau Brigjen Pol Supariyanto tak kesampaian. Mereka hanya ditemui Direktur Direskrimum Kombes Pol Surawan.
Pertemuan Kontras bersama aktivis Riau dengan Surawan berlangsung tertutup sekitar satu jam. Setelah itu, Haris memaparkan tujuan kedatangannya ke Mapolda Riau. Ia menyebut kalau sedang menyampaikan keluhan terkait penyidikan kasus rusuh Selatpanjang yang lebih dikenal dengan sebutan tragedi “Meranti Berdarah”.
“Kami menyampaikan kekecewaan terhadap perkembangan penyidikan kasus Meranti berdarah,” tuturnya pada wartawan.
Kekecewaan pertama terkait dengan rekontruksi yang digelar di Pekanbaru. Padahal, mestinya dilakukan di Selat Panjang, di lokasi tindak penganiayaan berat yang menjadi sebab tewaskan Apri Adi Pratama alias Adi (24), honorer Dinas Pendapatan Daerah Meranti yang kemudian menjadi pemicu terjadinya rusuh.
“Kalau alasannya keamanan, saya mlihat tidak tepat. Karena saya baru pulang dari Selatpanjang dan mendapati situasi di sana sangat kondusif,” keluhnya.
Selain itu soal pemberian uang sagu hati Rp25 juta untuk masing-masing keluar korban kerusuhan, yakni Adi dan warga yang tertembak saat warga menyerbu Mapolres Meranti. Pemberian uang tersebut menurut Haris bisa mengaburkan proses penyidikan.
Ketiga, juga dikeluhkan mengeni minimnya polisi yang menjadi tersangka. Sampai saat ini Polda Riau hanya menetapkan 4 personil Polres Meranti jadi tersangka kematian Adi. Padahal, berdasarkan hasil investigasi Kontras di Selatpanjang, ada sekitar 30 polisi yang diduga terlibat.
"Kenapa hanya empat polisi yang dijadikan tersangka. Padahal, temuan kami di lapangan menyebutkan ada sekitar 30 polisi terlibat," tuturnya.
Ke depan Haris mengharapkan Polda Riau lebih transparan dalam melakukan penyidikan kasus Meranti Berdarah. [**mer]