Metroterkini.com - Minat wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia dinilai meningkat cukup tinggi, khususnya sejak dicabutnya kebijakan pembatasan perjalanan dan karantina pada Maret 2022.
Dihapusnya pembatasan perjalanan ini terjadi karena situasi pandemi Covid-19 yang dinilai semakin terkendali, serta tingkat vaksinasi yang tinggi di banyak negara, termasuk di Indonesia.
Oleh karena itu, banyak negara yang berupaya memulihkan sektor pariwisata mereka yang sebelumnya sempat terpuruk selama dua tahun.
Menurut analisis penelusuran Google terkait perjalanan wisata, sejak dicabutnya kebijakan pembatasan perjalanan pada Maret lalu, minat wisman datang ke Indonesia naik hingga 94 persen dibandingkan saat sebelum pandemi.
Hal ini disampaikan oleh Asia Pacific Travel Lead for Google, Hermione Joye, pada diskusi Southeast Asia Travel Roundtable secara virtual, Selasa (26/4/2022). Angka 94 persen tersebut, menurutnyam sangatlah tinggi, apabila dibandingkan dengan tahun 2020 dan 2021.
Dari data yang sama, ditemukan bahwa pandemi Covid-19 menghantam industri pariwisata di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bahkan, kunjungan wisman diketahui menurun hingga 82 persen pada 2020 dan 98 persen pada 2021.
Lebih lanjut, menurut Hermione, secara keseluruhan, permintaan untuk berwisata baru mulai membaik pada kuartal keempat tahun 2021. Kemudian, angka ini melesat naik pada kuartal pertama tahun 2022.
Selain minat kunjungan wisman ke Indonesia yang naik 94 persen, negara di Asia Tenggara lainnya yang mencatat kenaikan tinggi adalah Filipina dengan angka 118 persen.
Sementara itu, menurut Google, orang Indonesia yang ingin pergi liburan ke luar negeri juga naik hingga 70 persen. Persentase ini meningkat dibandingkan tahun 2019, saat sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Lima destinasi yang yang paling banyak dicari oleh orang Indonesia adalah Singapura, Paris di Perancis, Kuala Lumpur di Malaysia, Dubai di Uni Emirat Arab, dan Sydney di Australia. Selain itu, pencarian untuk penyewaan atau “vacation rentals” juga melonjak hingga 315 persen dibandingkan Maret 2019.
Hal ini menunjukkan potensi durasi kunjungan lebih lama di luar negeri, dan preferensi terhadap akomodasi yang lebih eksklusif.
Lalu, dalam penelusuran untuk "asuransi perjalanan" selama satu tahun yang sama, juga meningkat hingga 78 persen. Artinya, wisatawan ingin tetap terlindungi selama perjalanan kala pandemi maupun dari insiden tak terduga.
Adapun data-data tersebut diambil dari Travel Insights with Google, suatu platform yang dapat memberikan informasi tentang perubahan terkait permintaan untuk perjalanan pariwisata. [**]