Metroterkini.com - Empat pelaku perampokan toko emas di Pasar Simpang Limun, Medan, Sumatera Utara (Sumut) mengaku nekat merampok lantaran tergiur uang ratusan juta. Mereka dijanjikan uang oleh otak pelaku, Hendrik Tampubolon, yang tewas ditembak mati.
Awalnya, Hendrik meminta dicarikan orang untuk melakukan aksi kriminalitas pada Dian. Lalu, Dian pun memperkenalkan tiga kawannya itu kepada Hendrik.
Salah satu pelaku Paul, menceritakan awal dirinya diperintahkan oleh Hendrik yang diduga sebagai otak pelaku. Paul menyebut dia bersama Farel dan Bejo diminta untuk mengamati lokasi yang tepat untuk dijadikan sasaran.
"Tanggal 25 Agustus (mengamati). Saya, Farel, Bejo disuruh Hendrik. Kata Bang Hendrik besok kita mainkan tanggal 26 Agustus. Jadi sekarang cobalah kalian pergi ke Simpang Limun, coba kalian tengok mana yang cocok menurut kalian yang bisa kita mainkan besok," sebut Paul.
Paul menyebut senjata yang digunakan pun telah disiapkan oleh Hendrik. Saat kejadian, dirinya memegang senjata laras pendek.
"Bang Hendrik semua yang nyiapkan. Saat kejadian, abang itu pegang yang panjang, saya yang pendek. Yang mecahkan kaca itu saya pak," ucap Paul.
Paul lalu menjelaskan soal dia dan rekannya memakai hansaplas saat beraksi. Dia mengaku itu agar tidak ada tinggal sidik jari di lokasi.
Paul mengaku sudah pernah mendekam di penjara karena melakukan tindakan kriminal. Dia mengaku nekat melakukan aksi itu karena uang.
"Karena duit. Rp 100 juta (dijanjikan)," ujar Paul.
Kata Paul, saat melancarkan aksi itu, mereka di bawah arahan Hendrik. Setelah selesai merampok, mereka pun dibawa ke ladang-ladang oleh Hendrik.
"Pertama kami ikuti arahan abang itu, pokoknya abang itu di depan kami di belakang. Terus kami dibawa ke ladang-ladang. Saya tidak tahu pas alamatnya," sebutnya.
Lalu, sesampai di lokasi itu emas hasil rampokan dikumpulkan dalam satu tas. Kepada Paul, Farel dan Bejo, mereka diberikan uang sebesar Rp 4 juta.
"Karena emas udah dikumpulin dalam satu tas semua. Terus dibagilah duit Rp 4 juta, kami per orang. Terus dibilang abang itu pokoknya kalian harus percaya sama saya. Kalau emas ini nanti abang yang apain, yang jual. Nomor kalian tetap aktif. Tunggu kabar dari abang selanjutnya, habis ini kalian langsung pulang kalian belok kanan abang belok kiri," sebutnya.
Lalu, setelah kejadian itu Hendrik pernah beberapa kali menelpon mereka. Hendrik meminta agar mereka bersabar karena emasnya sebentar lagi dijual.
Sementara tersangka Dian mengaku sebagai orang yang memperkenalkan Paul, Farel dan Bejo kepada Hendrik. Kata Dian, mereka sempat meminta pekerjaan kepadanya.
"Mereka bilang gini kalau ada yang mengajak-ngajak kriminal kabari ya bang," ucap Dian.
Dian mengaku bertemu dengan mereka saat berada di dalam rutan. Menurut Dian, waktunya itu pada tahun 2020.
"Di rutan (rumah tahanan). Tahun 2020, Paul sama Farel," sebut Dian.
Dian juga mengaku sudah lama mengenal Hendrik. Dia mengaku sudah lama tak jumpa, kemudian sewaktu jumpa malah diminta untuk mencari kawan untuk melakukan aksi kriminalitas.
"Sudah lama nggak datang, pas datang nanyak ada nggak kawan-kawan pemain, kriminal seperti 363," ujar Dian.
Diberitakan sebelumnya, lima orang diduga pelaku perampokan toko emas bersenjata api yang terjadi di Pajak Simpang Limun, Medan, ditangkap polisi. Satu di antara perampok itu ditembak mati.
Kapolda Sumut, Irjen Panca Putra menyebut para tersangka diduga melakukan aksinya menggunakan senjata api. Mereka mengancam para petugas keamanan pasar serta pemilik toko.
Kelima tersangka itu ialah Hendrik Tampubolon, Paul Sitorus, Farel, Prayogi alias Bejo dan Dian. Aksi perampokan itu diduga dirancang oleh Hendrik yang ditembak mati karena melawan petugas.
"Hendrik Tampubolon, dari hasil penyelidikan dan penyidikan kita, merupakan otak dari pelaku," sebut Panca.
Hendrik disebut mempunyai senjata api. Berbekal itu, dia merekrut Paul, Farel dan Bejo melalui Dian. [redM-dtk]