Metroterkini.com - Pembahasan terkait penolakan Revisi Undang-undang KPK melalui grup WhatsApp (WA) oleh aliansi dosen di UGM sempat ada yang melakukan hacking. Salah satunya gawai milik Rimawan Pradiptyo. Karena itu, dosen UGM meminta pihak terkait menjaga demokrasi dengan menghentikan aksi hacking tersebut.
Seperti gawai milik Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Rimawan Pradiptyo. Ia mengaku tidak bisa mengakses WA. Bahkan, tanpa sepengetahuannya, akun WA miliknya menyebarkan broadcast berisi pesan dukungan terhadap RUU KPK.
Rimawan mengatakan, awal mula kejadian itu saat ia berkoordinasi dengan salah satu dosen di UGM untuk membuat gerakan menolak RUU KPK. Selanjutnya, ide tersebut ia lemparkan ke 2 grup WA dan teman-teman di gerakan antikorupsi lintas kampus.
Baca juga: Guru Besar UGM Buatkan Puisi Untuk Jokowi
"Dan mulai menyebar ke UI, ITB, Undip, UII dan sampai ada 33 (dukungan untuk menolak RUU KPK). Terus pada tanggal 10 September itu sebelum jam 4, tiba-tiba WA saya tidak bisa dipakai, ada notifikasi 2 kali sms dan habis itu tidak bisa dipakai lagi, ya sudah WA saya kena hack, telegram kena hack," katanya saat ditemui di Gedung Pusat UGM, Sleman, Minggu (15/9/2019).
Selanjutnya, Rimawan mendapat informasi jika akun WA-nya menyebarkan pesan berisi dukungan terhadap RUU KPK. Padahal, ia sama sekali tidak pernah melakukan hal tersebut.
"Saya dapat informasi banyak kalau dari nomor saya itu tersebar program atau pendapat atau pun sharing website yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang saya perjuangkan," katanya.
"Yang tersebar itu mendukung revisi (UU KPK), dan semuanya jadi geger, teman kampus dan teman-teman di aliansi kampus banyak yang telpon saya, tapi posisi saya tidak bisa apa-apa karena belum ganti nomor telepon," imbuh Rimawan.
Mengetahui hal tersebut, Rimawan lantas mengganti nomor telepon dan melakukan konsolidasi dengan rekan-rekannya di kampus maupun di aliansi penolak RUU KPK UGM. Namun, setelah itu ia mendapatkan kejadian tak mengenakkan kembali.
"Setelah saya ganti nomor, kita konsolidasi lagi. Hari berikutnya itu banyak yang telepon dari luar negeri, seperti dari Amerika, Inggris, Irlandia kepada teman-teman terutama PIC dari universitas lain, tapi kalau diterima (panggilan telepon) itu tidak ada suarannya, ini yang menarik," ucapnya.
Rimawan tidak mau menuduh pihak mana yang telah meretas gawainya, namun ia berharap pihak yang meretas tidak mengulangi perbuatannya lagi. Mengingat Indonesia adalah negara demokrasi yang menjunjung tinggi toleransi tergadap setiap perbedaan.
"Kita ini negara demokrasi, jadi yang namanya perbedaan pendapat itu biasa terjadi. Karena itu, mari kita jaga demokrasi kita, cara-cara seperti hacking, teror perlu kita hilangkan bersama, ini PR kita bersama, ini reformasi kita, ini amanah konstitusi kita, demokrasi itu pilihan kita, jangan sampai kita nodai," ujarnya.
"Karena itu, saya berharap semua pihak mau untuk kemudian menjaga demokrasi dan menghentikan praktik hacking dan teror," pungkas Rimawan. [dtk-mer]