Unik, Bus Kartini Pink Bus Khusus Perempuan

Unik, Bus Kartini Pink Bus Khusus Perempuan

Metroterkini.com - Sebuah moda transportasi umum yang aman dan nyaman disediakan khusus bagi perempuan di Jakarta, bus Trans Jakarta Pink. Laki-laki tak diperkenankan menumpang bus ini!

Isu pelecehan seksual baik verbal maupun non-verbal kerap menjadi momok menakutkan bagi para perempuan bekerja yang mengharuskan dirinya untuk pulang dari kantor dengan transportasi umum pada malam hari. Segala upaya telah dilakukan demi menjaga agar diri tetap aman dan nyaman selama perjalanan. Namun, apakah perempuan harus terus merasa terancam?

Untuk menjawab kecemasan tersebut, pemerintah DKI Jakarta pada 21 April 2016 lalu meresmikan bus Trans Jakarta Pink (TJP), yaitu bus kota terintegrasi yang dikhususkan bagi penumpang perempuan. Bus yang diluncurkan hanya dua unit dan keduanya bernuansa merah jambu - putih. Sampai saat ini, kedua bus eye-catching itu hanya tersedia di koridor 1 dengan rute tujuan Blok M – Kota. Bus gandeng ini berkapasitas 38 penumpang duduk dan 80 penumpang berdiri dilansir tabloidnova.

Kedua bus TJP ini bisa diidentifikasi dengan mudah karena warnanya yang menarik dan terkesan soft. Dari luar bus, Anda bisa melihat tulisan besar yang terpampang di badan bus gandeng bermerek Scania ini dengan tulisan ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ dengan kode bus TJ 0187 dan ‘These Girls Are Smart’ dengan kode bus TJ 0189.

Ada perbedaan dari kedua bus ini, yaitu posisi kursinya. Bus dengan tulisan ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ menyediakan kursi penumpang dengan posisi menghadap ke depan layaknya bus umum,  sedangkan bus bertuliskan ‘These Girls Are Smart’ memiliki tempat duduk yang sama seperti bus Trans Jakarta pada umumnya yaitu saling berhadapan. Namun, kursi yang menghadap ke depan hanya disediakan di gerbong bagian depan alias hanya setengah dari keseluruhan bus TJP dengan tulisan ‘Habis Gelap Terbitlah Terang.’

Suka Disindir

Karena bus TJP ini diperuntukkan khusus bagi penumpang perempuan, maka pramudi dan petugas on board-nya pun perempuan, meskipun untuk posisi driver, pihak Trans Jakarta hanya mampu menyediakan driver perempuan pada pagi hari.

Nunung Karmilah, salah satu dari dua driver perempuan yang mengemudikan bus gandeng ini mengaku senang dan tertarik dengan profesinya saat ini. “Saya bergabung di Trans Jakarta sudah dua tahun lebih, namun berprofesi sebagai pengemudi bus sudah 8 tahun. Seru ya, saya lebih menikmati bawa kendaraan besar dibanding mobil kecil,” ujar Nunung.

Wanita yang bercita-cita menjadi driver bus sejak tahun 2005 ini mengaku merasa tangguh berada di belakang kemudi bus gandeng. Namun, kebijakan baru yang menerapkan larangan bagi driver untuk menggunakan kacamata hitam membuatnya mengeluh. “Iya, padahal dulu boleh-boleh saja. Sekarang sudah tidak boleh. Mata kita, kan, suka silau, karena menghadang matahari. Tapi, ya, sudah lah, ikuti saja,” ujar Nunung yang ditemui saat mengemudikan bus TJP ke arah Blok M.

Keterbatasan armada bus pink ini juga membuat driver dan petugas on board bus harus kerja berkali-kali lipat dibanding petugas di Trans Jakarta umum. “Kan, cuma dua, jadi, ya, putar terus bolak-balik. Enggak ada istirahatnya. Gajinya sama (dengan yang umum), tapi tenaga kita keluar lebih banyak,” keluh Siti Komariah, salah seorang petugas on board perempuan. Siti mulai bekerja sebagai petugas on board di bus TJP sejak Mei 2016.

Ia merasa pekerjaan sebagai petugas on board Trans Jakarta reguler jauh lebih mudah ketimbang petugas on board bus TJP. “Soalnya kami harus menambahkan teriakan yang bersifat menjelaskan seperti, maaf, Pak, Mas, bus ini khusus wanita ya. Khusus wanita! atau maaf, pria tidak boleh naik. Hanya wanita saja, dengan penekanan hingga kadang membuat penumpang pria kesal.”

Tak jarang, lanjut Siti, terdengar sindiran dari beberapa calon penumpang pria di halte yang merasa terdiskriminasi. “Kadang banyak penumpang pria yang sinis, apalagi kalau jam-jam rush hour. Penumpang lagi membludak, yang pria tidak boleh ikut naik saat bus TJP datang.”

Waktu Tunggu Lama

Waktu pengoperasian bus TJP ini sama dengan bus Trans Jakarta reguler yang lain. Pola kerja para pengemudi TJP dibagi dalam dua shift, yaitu pagi dan siang. Shift pagi yang bertugas dari pukul 5 pagi hingga 12 siang, bus TJP dikemudikan kedua pramudi perempuan yaitu Nunung Karmilah dan Dahlia, sedangkan untuk shift siang,  pukul 12.00 hingga sekitar pukul 21.00, disupiri para driver pria. Untuk petugas on board, semuanya harus perempuan.

Syarif Hidayat, salah satu driver pria yang mengemudikan bus TJP mengatakan dirinya pernah disindir penumpang karena menjadi satu-satunya pria di dalam bus. “Pernah (disindir), tapi kan, area kabin dan gerbong ada sekatnya, jadi meminimalkan kemungkinan saya sebagai pria bersentuhan dengan penumpang perempuan. Tapi komentar itu jarang sekali, kok. Lainnya biasanya berkomentar positif,” ujarnya. Saat ditanya mengapa menjadi pramudi bus khusus perempuan, Syarif tertawa dan menjawab bahwa ia hanya mengikuti tugas.

Sebelum bus TJP ini diluncurkan, upaya dalam menangani isu pelecehan di dalam bus sudah dilaksanakan dengan menyediakan ruang khusus perempuan di setiap bus Trans Jakarta umum. Putri, seorang mahasiswi yang menjadi penumpang TJP berpendapat, baik TJP maupun ruangan khusus perempuan di Trans Jakarta reguler memiliki manfaat yang sama saja. “Yang saya lihat, pengguna Trans Jakarta (yang pria) tertib dan enggak berani macam-macam di ruangan khusus perempuan. Mereka taat aturan, kok,” ujarnya.

Waktu tunggu untuk mendapatkan TJP ini sekitar 45 menit. Nina, seorang karyawan swasta mengatakan bahwa ia lebih memilih naik Trans Jakarta reguler ketimbang menunggu TJP yang lebih lama.

“Saya memikirkan efisiensi waktu, sih. Sejauh ini saya tiap hari naik Trans Jakarta, alhamdulillah enggak ada yang kurang ajar,” ungkapnya. “Tapi tidak menutup kemungkinan kalau TJP jauh lebih banyak dari sekarang dan lebih sering beroperasi, saya akan pilih naik itu,” tambahnya.

Jauh Lebih Aman

Kehadiran bus TJP tentu memiliki manfaat dalam menanggulangi pelecehan seksual pada penumpang perempuan, namun sayangnya pengoperasiannya masih belum optimal. Mulai dari kurangnya jumlah armada, terbatasnya petugas, dan waktu yang harus terbuang untuk menunggu bus pink ini, evaluasi terhadap bus pink rasanya perlu ditinjau kembali. Untuk saat ini, keberadaan ruang khusus perempuan di setiap bus Trans Jakarta reguler sudah cukup berperan.

Para penumpang perempuan yang berniat naik TJP disarankan tidak dalam keadaan terburu-buru, karena kehadiran bus ini tidak dapat dipastikan waktu tepatnya. Tidak seperti bus Trans Jakarta reguler yang jumlahnya banyak dan jangka waktu antara bus yang satu dengan yang lain cukup cepat.

Dari segi keamanan, bagi perempuan yang mengutamakan keamanan dari bahaya pelecehan seksual di kendaraan umum, kehadiran TJP terasa cukup efektif.

Kabarnya, akan ada penambahan armada bus TJP berjumlah 8 buah bus single, namun belum bisa dipastikan tanggal peresmiannya. Pihak Trans Jakarta juga sedang membuka lowongan besar-besaran untuk petugas on board dan driver, khususnya yang perempuan.

Semoga, dengan semakin banyaknya bus TJP dapat mengurangi kejadian pelecehan yang dialami perempuan di dalam moda transportasi. Dan, kehadiran bus pink ini juga mampu menyadarkan para penumpang perempuan untuk beralih ke transportasi umum, sehingga bisa mengurangi kemacetan Jakarta. [**]

Berita Lainnya

Index