Classic Bike Day 2016, Motor Tua Bukan Lagi Sampah

Classic Bike Day 2016, Motor Tua Bukan Lagi Sampah

Metroterkini.com Keberadaan komunitas motor tua (Kasmot) diberbagai kota di Indonesia membuat motor tua naik kasta.

Para penggila motor tua ini menjadikan motor yang seumur eyang buyutnya itu kinclong lagi. Ditangan para biker Kasmot, besi tua terkesan ronsok itu naik kasta.

Bahkan, harganya pun naik nggak karuan. selain itu, para penggemar motor tua juga rela berpenat-penat bertualang sampai ke pelosok negeri ini demi motor impiannya, yakni mator jadul alias jaman dulu.

Mereka berharap di pelosok atau desa yang mereka sambangi ada motor butut (tua) yang dibiarkan pemiliknya tergeletak dan tak terawat diemperan atau belakang rumah.

Karena orang-orang desa lebih pemburu motor keluaran tahun tinggi. Jadi motor tua yang mesinnya sering 'batuk' sudah tak diurus dan dibiarkan karatan.

Namun, tidak bagi penggemar motor tua. Motor butut dengan katagori mesin 'sakit berat' atau tinggal rangka pun mereka sulap jadi bugar dan berharga. Tentu saja dengan pergantian sana sini.

Pokoknya, ditangan Kasmot, motor tua bukan lagi motor sampah, tapi sebaliknya. Bahkan harganya pun bisa lebih mahal dari motor baru.

Para biker, ada yang berusaha menjaga keasliannya, ada juga yang memodifikasinya sesuai selerah. Pokoknya motor tersebut OK lagi.

Seperti yang dilakukan, Rendi anak muda Bengkalis pemilik Suzuki Thunder 250 cc. Thunder keluaran 1999 dibelinya Rp4 juta, kalau bahasa bikernya empat ribu.

Supaya motor tersebut kinclong kembali, Rendi relah merogoh koceknya sama dengan harga belinya alias 4 juta lagi. Hal hasil Rendi telah menginveskan duitnya delapan juta.

Tapi, bukan berarti Rendi berhenti sampai disitu. Dia terus berusaha bagaiman Thundernya betul-betul sesuai dengan namanya, Gledek. Rendi ingin sepeda motornya terlihat garang dimata penggemar motor tua atau classic.

Hal yang sama dilakukan Kasmot asal Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Sebagaimana Rendi, sohib sehobinya juga ingin motor Thunder 250 cc nya terlihat garang, dia kesulitan mendapat suku cadang.

"Kesulitan kita pada suku cadang, sebab, era Thunder sudah habis," ujar Randi.

Namun, dengan kondisi Thunder nya saat ini, Rendi terlihat puas. Thunder berwarna hitam tersebut dibandrolnya 15 juta rupiah.

"Kalau ada yang minat 15 ribu, saya lepas," kata Rendi.

Selain kesulitan suku cadang, para biker motor classic ini juga minim dukungan agen tunggal pemegang merek (ATPM) dan dialer-dialer sepeda motor.

Hal ini diungkapkan Ketua Kasmot Sedagho Bengkalis, Dodi. Dodi yang dikalangan biker Sedagho Bengkalis disapa Mbah Dodi ini mengatakan, beberapa kali dia mengajukan proposal dukungan ke dialer sepeda motor, namun tak pernah ditanggapi.

Padahal, Mbah Dodi dan ribuan biker lainnya membawa merek sepeda motor made in Jepang yang dijual ATPM dan dialer di Indonesia. Selain motor Jepang, satu dua terselip juga sepeda motor pabrikan non Jepang.

Namun, kendati mengusung merek-merek terkenal tersebut, tetap saja Kasmot kesulitan mendapat sponsor dari ATPM motor Jepang di negeri ini.

"Padahal kita membawa merek mereka (merek sepeda motor yang dijual ATPM), tapi, mereka tak mau mendukung kita. Tapi, tak apa lah. Kami dari Kasmot tetap aksis tanpa dukungan mereka (ATPM atau dialer sepeda motor)," kata Mbah Dodi. [rdi]

Berita Lainnya

Index