Penuhi Faktor 3A, Bali Disiapkan Menjadi Destinasi Wisata Gastronomi

Penuhi Faktor 3A, Bali Disiapkan Menjadi Destinasi Wisata Gastronomi

Metroterkini.com - Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya, Kementerian Pariwisata, Lokot Enda mengatakan bahwa Bali akan ditunjuk sebagai destinasi wisata gastronomi atau wisata kuliner yang berkaitan erat dengan budaya lokal serta asal usul makanan tersebut. 

"Teman-teman dari tim percepatan ke sana (Bali) mengadakan pertemuan sehingga memahami tugas masing-masing. Karena ini kolaborasi harus bekerja sama. Kalau kita sudah masuk jaringan UNWTO secara otomatis Indonesia sudah dipromosikan gratis. Kita berharap 2017 kita sudah masuk jadi anggotan UNWTO khusus gastronomi," kata Lokot saat acara jumpa pers Tourism, Gastronomy and International Conference di Jakarta kemarin. 

Lokot mengatakan jika Bali dipilih karena terbilang siap dibanding daerah lain dari faktor 3A, yaitu akses, amenitas, atraksi seperti dilansir kompas.

"Bali sudah memiliki brand dan modal untuk menjadi tourism gastronomy. Dimulai dari Bali untuk mempercepat wisata gastronomi, kita harus melihat kesiapan tiga A dahulu karena kita tidak mau mulai dari nol. Membangun yang baru butuh lima sampai sepuluh tahun," kata Lokot. 

Bali dibanding Jakarta, menurut Lokot, lebih unggul dalam hal wisata gastronomi. Jumlah restoran gastronomi di Bali lebih banyak daripada di Jakarta. "Ada satu restoran di Bali itu yang harus pesan dulu sampai satu tahun sebelum," kata Lokot.

Wisata gastronomi, menurut Hall dan Shraples (2003) sebagaimana dirangkum oleh Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) adalah sebuah perjalanan yang berhubungan dengan makanan ke suatu daerah dengan tujuan rekreasi.

Termasuk berkunjung ke penghasil makanan utama dan kedua, acara festival makanan, pasar petani, acara memasak dan demonstrasi, serta mencicipi produk makanan berkualitas dan aktivitas pariwisata yang berhubungan dengan makanan. 

Dengan kata lain, wisata makanan tersebut memberi pengalaman, hasil dari proses belajar budaya yang berbeda. Kuliner bukan lagi sebagai sesuatu yang dikonsumsi melainkan menjadi sifat atau atribut yang berhubungan dengan produk pariwista. [**]

Berita Lainnya

Index