Metroterkini.com - Presiden Jokowi kembali telah lakukan Presiden Joko Widodo Kembali telah melakukan bongkar pasang reshuffle jajaran kabinet kerja yang kedua. Dari sejumlah rotasi itu, tim ekonomi menjadi keriuhan sorotan masyarakat.
Menanggapi perombakan besar kali ini, Waksekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Dipo Ilham turut mengapresiasi hasil reshuffle terbaru dinilainya lebih ideal, tepat, dan lebih kuat, terlebih poros tim ekonomi yang berkelas. Sebab, sejumlah indikator ekonomi yang ada selama ini masih pesimis dan kurang meyakinkan perlu dipacu lagi agar lebih mempuni, termasuk mengembalikan performa ke arah optimis.
Seperti diketahui, performa pertumbuhan ekonomi garuda tak sampai 5 persen, tepatnya turun ke level 4,9 persen pada kuartal I tahun 2016 ketimbang kurtal seblumnya yang mencapai sekitar 5 persen. Bahkan, sebelumnyan juga lembaga ternama standar & poor’s sempat menurunkan catatan investasi Indonesia ke level pesimis.
“Komposisi resuffle kali ini lebih meyakinkan dan ideal ketimbang formasi poros tim ekonomi sebelum-sebelumnya. Sehingga ini menjadi angin segar memacu ekonomi ke depan agar lebih bertaji dan kembali optimis,” ujar politisi muda PAN itu.
Tokoh muda Jambi itu mengatakan, saatnya mengurangi hegemoni keriuhan reshuffle dan saatnya kembali menatap tantangan krusial kedepan kian nyata yang harus dihadapi, seperti salah satunya terkait persoalan perbaikan kondisi fiskal. Penerimaan pajak per Juni 2016 saja baru mencapai Rp518 triliun. Sementara target yang dipatok sangat ambisius sekitar Rp1360 triliun. Tax Amnesty di level teknis juga sangat penting untuk diperhatikan agar tak meleset dari target dan menjadi beban bertumpuk.
“Fiskal kita ini tantangan krusial. Bahkan sekalipun, ada atau tidaknya tax amnesty pun tetap menjadi keharusan untuk bekerja keras menggenjot penerimaan Negara,” kata Dipo yang juga Fungsionaris Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI)
Selain perbaikan indikator ekonomi, sebenarnya ada hal yang sangat dibutuhkan rakyat dan mendasar ialah stabilitas harga pangan dan ketersediaan lapangan kerja karena sensitif terhadap beban rakyat serta efektivititas selusin paket kebijakan ekonomi yang tampak resisten.
Dari segi stabilitas pangan saja, dirinya merasa cukup miris lantaran sebelumnya stabilitas harga pangan telah gagal dikendalikan sampai-sampai pemerintah tampak kelabakan hingga perluasan zonasi impor daging sapi dan tak kalah menyedihkan muncul impor jeroan sapi maupun jeroan kerbau yang patut disayangkan. Kendati demikian, ia mengaku tetap optimis dan berharap ekonomi garuda bisa kembali pulih ke arah fundamentalnya.
“Rakyat sangat mendambakan harga pangan yang stabil dan tersedianya lapangan kerja. Salah satu pelicin itu semua, setidaknya semacam lusinan paket kebijakan yang tampak resisten dan kurang berdampak harus di evaluasi agar lebih greget. Masa sampai muncul impor jeroan sapi atau kerbau itu kan gak lucu ya,” tutup Dipo. [**]