Metroterkini.com - Terhitung tanggal 1 Januari 2016, harga rumah murah yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) naik di kisaran 5,9 persen.
Rumah subsidi (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) itu kini dipatok Rp116,5 juta dari harga sebelumnya Rp110 juta.
“Setiap tahun biasanya ada ke naikan harga rumah MBR rata-rata 10-20 persen, tetapi hal itu di sesuaikan dengan naiknya harga bahan bangunan dan upah buruh,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Sumatra Selatan (Sumsel), Hariadi Begawan,kemarin.
Dikatakannya, kenaikan harga ini tidak akan berdampak pada daya beli golongan MBR. Pasalnya, pemerintah telah memberikan sejumlah kemudahan agar masyarakat bisa lebih mu dah memiliki rumah seperti bantuan down payment (DP) 1 persen,sukubunga 5 persen, dan tenor sampai 20 tahun.
“Sebelumnya, hanya pegawai negeri sipil (PNS) saja yang mendapatkan bantuan dari Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan (Bapertarum) Rp4 juta, namun sekarang non-PNS juga dapat dari pemerintah sejumlah Rp4 juta. Ini digunakan untuk pembayaran DP dan sisanya untuk bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPH - TB),” katanya.
Selain itu, saat ini juga untuk perumahan FLPP tidak hanya Bank Tabungan Negara (BTN) saja yang melayani kredit pemilikan rumah (KPR). Tetapi juga adaBankNegara Indonesia(BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah dan Bank Sumsel Babel. Kemudian ada juga Bank Mandiri yang masih dalam proses.
“Diharapkan nantinya lebih kompetitif dan tercapai target 12.000 unit rumah di 2016 ini.
Dengan begitu realisasi akan lebih baik dari capaian 2015yang hanya 8.000 unit rumah dari target 15.000 unit,” terangnya. Pihaknya mengharapkan dengan luasnya pelayanan KPR, akan memenuhi kebutuhan perumahan secara nasional yaitu 13,5 juta rumah dan di Sumsel sekitar 135.000unit.
Sementara itu, pihaknya belum bisa menargetkan penjualan perumahan komersil. Terutama melihat kondisi perekonomian yang belum terasa membaik secara signifikan. “Karena kondisi pasar properti komersil cukup lesu, sehingga banyak developer beralih ke perumahan FLPP,” katanya.
Sektor Properti Diperkirakan Masih Lesu
Sementara itu, konsultan properti asal Amerika Serikat (AS), Colliers International Indonesia, memprediksi sektor properti di Tanah Air tahun ini masih belum tumbuh lebih baik. Hal itu berkaitan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang hingga paruh pertama tahun ini diperkirakan masih di bawah 5%.
“Pada semester I/2016, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi masih di bawah 5 persen. Dengan demikian Market belum bisa bergerak hingga semester pertama, karena pertumbuhan ekonomi salah satu indikatornya mempengaruhi pergerakan sektor properti,” kata Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, kemarin.
Meskipun pemerintah telah merilis sejumlah paket kebijakan untuk mendorong pertum buhan ekonomi nasional, Ferry mengatakan hal itu baru bisa dirasakan dampaknya dalam jangka panjang. Menurut dia, paket-paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut baru akan dirasakan dampaknya oleh sektor properti paling cepat di semester II-2016.
Pada akhir tahun, lanjut dia, sektor ini akan bergerak perlahan dan mulai menunjukkan pertumbuhan signifikan pada awal 2017.
“Jadi paling tidak, sampai pertengahan 2016 bisnis properti masih akan flat, tingkat okupansi turun, karena daya beli masyarakatnya juga turun. Untuk sign recovery baru akan terlihat di semester II-2016 dan awal 2017,” tuturnya.
Ferry mengatakan, pada kuartal IV-2015 bisnis properti juga masih cukup tertekan. Dia mencontohkan penyewaan perumahan yang mengalami penurunan 5-15 persen. Sedangkan pada bisnis ritel, sambung dia, ada dua proyek mal di Jakarta yang ditunda pembangunannya. Pada kawasan industrial, penjualan tahun lalu juga tidak cukup bagus dibandingkan 2014.
Untuk bisnis perhotelan, tingkat okupansinya turun 2,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. “Polanya, akhir tahun seharusnya tumbuh, tapi justru kuartal IV (2015) paling sepi dibandingkan kuartal sebelumnya. Tahun lalu untuk kawasan industri hanya terjual 347 ha artinya 79 persen dari total penjualan di tahun 2014,” paparnya.
Sementara itu, Director Office Services Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo menyatakan untuk sewa unit perkantoran pada tahun ini di - per kirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, syaratnya perputaran dana di kuartal I-2016 telah terlaksana.
“Jika paket regulasi dari pemerintah dan juga tender infrastruktur telah dijalankan, maka perputaran uang akan berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi,” kata Bagus.
Hal tersebut, menurutnya, akan memengaruhi pada kebutuhan akan penyewaan ruang perkantoran di wilayah central bussiness district (CBD) di Jakarta.
Kebutuhan penyewaan ruang kantor, seiring dengan serapan belanja pemerintah yang tinggi dan juga pengingkatan penghasilan menurut dia akan berdampak pada perkembangan bisnis di Tanah Air.[***okz]