Eksistensi Kesenian Tradisional Minang Terancam Punah

Eksistensi Kesenian Tradisional Minang Terancam Punah

Metroterkini.com - Seiring dengan kemajuan zaman kesenian tradisional banyak terlupakan dan terancam punah. Namun kini Taman Budaya Sumatera Barat terus mendorong eksistensi kesenian tradisional. Hal itu agar kesenian Minang terus berkembang kreatif dan tak tertindas proses modernisasi.

“Banyak kesenian tradisional yang terancam punah, karena tidak ada regenerasi, jarang dipertunjukkan, dan juga karena pelaku-pelakunya sebagian sudah uzur dan meninggal,” tegas Kepala Taman Budaya Sumbar Muasri di Padang, ketika penutupan Festival Pertunjukan Kesenian Tradisional, akhir pekan lalu dilansir okezone.

Ia mengatakan, di tengah ancaman modernisasi itu, di Sumatera Barat masih ada enam macam kesenian yang masih eksis, yaitu seni rupa, musik, teater, tari, kerajinan tangan dan seni berwawasan teknologi.

Beragam kesenian ini masih eksis di Sumbar, terang dia, yang dapat terlihat dengan pertunjukan dan pagelaran yang diadakan di Taman Budaya.

Ia menyebutkan, jenis seni tari tradisional yang masih eksis di antaranya tari pasambahan, tari piring, tari payung, tari indang, dan randai. Sedangkan alat musik tradisional di antaranya, saluang, bansi, talempong, rabab, dan gendang tabuik.

“Taman Budaya Sumbar terus mendorong kesenian itu agar tetap bertahan dan hidup salah satunya dengan sering mengadakan pertunjukan dan pagelaran serta pameran. Meskipun tidak rutin mengadakan pergelaran seni setiap bulan, akan tetapi grup-grup seni tersebut diberikan kebebasan untuk berlatih setiap hari di gedung itu. Kesenian membutuhkan wadah dan wadahnya adalah pameran dan pergelaran, semakin sering pertunjukan seni diadakan maka semakin eksis pula seni tersebut,” imbuh dia.

Selain itu agar kesenian ini tidak menghilang ia mengharapkan dukungan semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Ia menilai, saat ini apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional mulai berkurang dan lebih menyukai kesenian dari negara lain.

Lebih lanjut Muasri menjelaskan, festival tersebut merupakan kegiatan perubahan dari kegiatan yang pernah digelar pada tingkat nasional pada tahun lalu. Menurut Muasri, tujuan dari festival tersebut, adalah untuk merangsang grup-grup tari di Ranah Minang.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Sexri Budiman mengatakan dari 19 grup yang ikut 15 grup yang diperlombakan, sedangkan 4 grup lagi hanya sebagai pertunjukan khusus.

Keempat grup tersebut yakni Saandiko dari Kota Bukittinggi, Musikal Puisi dari MAN 2 Padang dan dua grup lagi dari Kota Payakumbuh.

“Pemenang lima terbaik pertama grup dari Agam, kedua Limapuluh Kota, ketiga Pesisir Selatan, keempat Sijunjung, kelima Padang Panjang,” urai Sexri Budiman.

Lebih lanjut Sexri Budiman menjelaskan, diharapkan bagaimana seni tradisi dapat dikemas semaksimal mungkin sehingga seni tradisi dapat diangkat kembali dan digemari oleh masyarakat. [okz]

 

Berita Lainnya

Index