Belajar Melestarikan Penyu di Pulau Sangalaki

Belajar Melestarikan Penyu di Pulau Sangalaki

Metroterkini.com - Dalam hitungan jam lagi, misteri di Planet Mars akan segera diungkap Badan Antariksa AS (NASA). Dilaporkan badan pemerintah AS itu akan mengungkap 'penemuan sains besar' tentang Mars pada Senin siang, 28 September 2015 waktu Setempat atau tengah malam waktu Indonesia. 

Dalam keterangannya, NASA mengatakan pengumuman tentang Mars nanti akan memecahkan misteri Planet Merah tersebut. 

Dikutip Viva Senin 28 Septembe 2015, dalam keterangan pers itu nantinya akan menghadirkan para pejabat penting NASA terkait misi Mars. Pejabat itu di antaranya adalah Jim Green (Direktur Ilmu Planet NASA), Michael Meyer (Ilmuwan senior Mars Exploration Program NASA), Lujendra Ojha (peneliti Georgia Institute od Technology, AS). Selain itu tiga pejabat itu ada juga Mary Beth (Ames Research Center NASA dan Georgia Institute od Technology, AS) dan Alfred McEwen (peneliti utama High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) pesawat pengorbit Mars. 

Untuk mengungkap misteri Mars, NASA sudah mengoperasikan lima pesawat antariksa dan kendaraan di sekitar Mars. Kelima itu adalah Opportunity dan Curiosity (mendarat di Mars pada 2004 dan 2012), kemudian ada tiga pengorbit yaitu Mars Odyssey (tiba pada 2001), Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) tiba di Mars pada 2006 dan Mars Environment and Volatile Evolution (MAVEN) yang telah hadir sejak 2014.

Selain kelima kendaraan NASA itu, ada dua pesawat dari Badan Antariksa Eropa (ESA) yaitu Mars Express dan pesawat Badan Antariksa India yaitu Mars Orbiter Mission yang juga mengawasi planet tetangga bumi tersebut dari orbit. 

Pengorbit MRO memiliki fitur deteksi sensor yang canggih yaitu kamera HiRISE. Sensor ini memakai lensa teleskopik yang bisa menangkap objek sebesar 1 meter di permukaan Mars. 

"Gambar resolusi tinggi terbaru ini (HiRISE) memberikan pemandangan bahan berlapis, selokan, saluran dan target objek lain yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, ini juga berfungsi untuk menandai titik pendaratan di masa depan," ujar pejabat NASA.

Kamera HiRISE juga bertugas mengumpulkan gambar panjang gelombang inframerah yang memungkinkan peneliti mempelajari mineral Mars.[vva]
==========================================
Belajar Melestarikan Penyu di Pulau Sangalaki

Metroterkini.com, Jakarta Siapa yang tak kenal dengan Berau? Kawasan yang telah lama menjadi surga bagi para penggila olahraga menyelam ini, selalu menawarkan sejuta eksotika keindahan alamnya bagi siapa pun yang berkunjung. Di kelilingi banyak pulau kecil yang menawan, Berau dinobatkan menjadi destinasi wisata bahari unggulan yang ada di Kalimantan Timur, dan salah satu pulau kecil menawan tersebut adalah Pulau Sangalaki.

Untuk sampai ke Pulau Sangalaki dari dermaga Pulau Maratua dibutuhkan perjalanan menyusuri laut selama 2 jam menggunakan perahu boat. Memiliki luas sekitar 280 hektar, Pulau Sangalaki tak hanya menjadi surga bagi para penyelam, namun juga menjadi salah satu tempat konservasi penyu di Indonesia.

Pulau Sangalaki menjadi salah satu lokasi konservasi penyu di Kalimantan.

Seperti Dilansir Liputan6, yang ditulis pada Sabtu (26/9/2015), I Ketut Sukana, salah seorang petugas Pengendali Ekosistem Hutan Kawasan Konservasi Penyu Sanglaki menjelaskan, kawasan konservasi penyu di Sangalaki sudah ada sejak tahun 2002, atas dukungan dari Pemerintah kabupaten Berau. Sepanjang perjalanannya, kawasan konservasi ini berkembang menjadi salah satu destinasi wisata bahari di Kabupaten Berau, yang dilengkapi segudang fasilitas, termasuk resort pinggir pantai yang mewah.

Pulau Sangalaki menjadi salah satu lokasi konservasi penyu di Kalimantan.

Lebih jauh Sukana menjelaskan, “Di Pulau sangalaki terdapat 2 spesies penyu, yaitu penyu hijau (Green Sea Turtle) dan penyu sisik (Hawksbill Sea Turtle), selain dari warnanya, kedua penyu tersebut bisa dibedakan dari moncongnya. Penyu sisik mempunyai moncong yang lebih tajam, makanya dinamakan hawksbill.”

Data yang dibeberkan Sukana menunjukkan, di kawasan konservasi penyu Sangalaki, satu induk penyu bisa melahirkan sekitar 100 telur. Namun dari 1.000 tukik yang berhasil dilahirkan, hanya ada satu yang bisa bertahan hingga menjadi dewasa, dan dipersiapkan menjadi induk yang bisa menetaskan telur.

Di bawah pengelolaan Kementarian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pulau Sangalaki terus berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan penyu, mengingat hewan laut yang unik ini kerap diburu sehingga jumlahnya terus berkurang tiap tahun. “Masyarakat perlu diedukasi, agar penyu tidak terus-terusan diburu. Siapa pun yang suka makan sate penyu, mereka harus tahu kalau jumlah penyu makin berkurang dari tahun ke tahun,” ungkap Sukana menambahkan.[lpt6]

Berita Lainnya

Index