Masih Tersisa 40 Kantong Jenazah Korban Hercules Belum Teridentifikasi

Masih Tersisa 40 Kantong Jenazah Korban Hercules Belum Teridentifikasi

Metroterkini.com - Hingga Sabtu (4/7) siang, tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polri berhasil mengidentifikasi 114 jenazah jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI Angkatan Udara. Saat ini, masih tersisa 40 kantong jenazah (32 kantong jenazah utuh dan 8 kantong jenazah tak utuh/potongan) di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan, Sumatera Utara.

Menurut laman kompas, Tim  Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polri hingga Sabtu (4/7/15) berhasil mengidentifikasi 114 jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI AU. Hingga kini, 40 kantung jenazah masih belum teridentifikasi. 

Tim DVI Polri masih terus berupaya mengidentifikasi jenazah yang tersisa. Direktur Eksekutif DVI Nasional Polri Komisaris Besar Anton Castilani, ditemui di RSUP Adam Malik, mengatakan, pihaknya memastikan telah mengidentifikasi 114 jenazah korban pesawat jatuh itu di RSUP Adam Malik.

Semua jenazah itu pun telah dipulangkan kepada keluarga masing-masing melalui Pangkalan TNI AU (Lanud) Soewondo, Medan, dan Bandara Kualanamu, Medan.

Merujuk data Bidang Humas Polda Sumut, tim evakuasi mengangkut total 154 kantong jenazah ke RSUP Adam Malik per Jumat petang. Jumlah itu terdiri dari 146 kantong jenazah utuh dan 8 kantong jenazah tak utuh/potongan. Artinya, masih ada 40 kantong jenazah, terdiri dari 32 kantong jenazah utuh dan 8 kantong jenazah tak utuh, yang belum teridentifikasi di RSUP Adam Malik per Sabtu siang.

Anton melanjutkan, pihaknya masih terus berusaha mengidentifikasi 40 kantong jenazah yang tersisa di RSUP Adam Malik. Paling tidak tim DVI akan segera menyelesaikan pengambilan data post-mortem lebih dahulu. Data itu terdiri dari data primer (berupa sidik jari, rekam gigi, dan DNA) serta data sekunder (berupa properti dan tanda-tanda khusus) dari jenazah yang tersisa. "Kemungkinan besar pengambilan data post-mortem tuntas hari ini," ujarnya.

Sebanyak 13 jenazah korban jatuhnya Hercules C 130 milik TNI Angkatan Udara, Sabtu (4/7/15) pagi diberangkatkan ke kampung halaman masing-masing. Namun terjadi masalah dengan pesawat yang akan digunakan.

Setelah pengambilan data post-mortem tuntas, semua jenazah yang tersisa itu akan dipindahkan ke RS Bhayangkara Polda Sumut di Medan. Nantinya proses identifikasi akan dilanjutkan kepolisian di RS Bhayangkara Polda Sumut.

Kendati demikian, Anton menyampaikan, proses identifikasi kantong jenazah yang tersisa itu akan melambat. Sebab, kondisi jenazah sudah semakin membusuk. Kepolisian telah berusaha menahan laju pembusukan jenazah dengan sejumlah es batu Dan lemari pendingin.

"Untuk itu, kami berharap keluarga tetap bersabar. Kami pun berharap keluarga memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya di posko ante-mortem," ucapnya.

Berdasarkan pantauan Kompas, sejumlah keluarga masih menunggu kepastian informasi mengenai jenazah keluarganya yang menjadi korban pesawat jatuh itu di RSUP Adam Malik. Para keluarga itu telah menanti sejak hari pertama kecelakaan hingga kini. Mereka berharap tim DVI bekerja cepat.

Personil  TNI Angkatan Udara memindahkan peti jenazah dari pesawat Hercules C-130 ke pesawat CN 295 di Lanud Soewondo, Medan, Sumatera Utara, Jumat (3/7/15). Jenazah korban diterbangkan ke berbagai daerah asal mereka.

Personil TNI Angkatan Udara memindahkan peti jenazah dari pesawat Hercules C-130 ke pesawat CN 295 di Lanud Soewondo, Medan, Sumatera Utara, Jumat (3/7/15). Jenazah korban diterbangkan ke berbagai daerah asal mereka.

Keluarga Damai Marlina (30), misalnya. Damai adalah salah satu pekerja di tempat mandi uap. Damai menjadi korban meninggal karena tempatnya bekerja tertimpa pesawat naas tersebut. Para keluarga telah mengenali jenazah Damai dari properti yang masih melekat, seperti kalung dan KTP.

Namun, tim DVI belum menyerahkan jenazah Damai hingga sekarang. "Kami berharap polisi tidak menunda-nunda penyerahan jenazah kepada keluarga. Kami sudah lelah menunggu dari hari pertama. Kami ingin segera memakamkan jenazah keluarga kami ini," kata Boru Simbolon (40), bibi dari Damai.

Sebelumnya, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigadir Jenderal (Pol) Arthur Tampi menuturkan, tim DVI melakukan identifikasi dengan cara membandingkan data ante-mortem dari keluarga korban dan post-mortem dari jenazah. Tim DVI sangat berhat-hati dalam mencocokkan data tersebut guna menghindari kesalahan dalam penyerahan jenazah.

"Setidaknya, melalui data primer, jenazah baru dinyatakan teridentifikasi jika memenuhi salah satu indikator. Kalau melalui data sekunder, jenazah dinyatakan teridentifikasi jika memenuhi dua dari sejumlah indikator," ujarnya.

Proses evakuasi dihentikan

Sementara itu, Komandan Distrik Militer 0201/BS Letnan Kolonel (Inf) Maulana Ridwan mengutarakan, proses evakuasi jenazah, potongan jenazah, amunisi, senjata, serpihan pesawat, dan reruntuhan gedung yang tertimpa pesawat dihentikan sejak Jumat petang. Sebab, kondisi tempat kejadian perkara dinilai sudah bersih.

Maulana menambahkan, selama proses evakuasi, pihaknya berhasil mengangkut sejumlah jenazah dan potongan jenazah yang semuanya dibawa ke RSUP Adam Malik. Pihaknya pun berhasil mengamankan 15 senjata api dan 80 persen amunisi dari total 23.000 butir amunisi yang dibawa prajurit di pesawat.

"Masih ada 2 pistol dan 20 persen amunisi dari total 23.000 butir amunisi yang masih belum ditemukan. Namun, kami meyakini benda-benda itu ada di material serpihan pesawat dan reruntuhan gedung yang tertimpa pesawat yang telah dibawa ke Lanud Soewondo guna pemeriksaan lebih lanjut," paparnya. Tim evakuasi berhasil menemukan sepotong bagian tapak kaki manusia dan 300 butir amunisi pada Jumat atau hari terakhir pencarian.

Paling tidak sejumlah alat berat mengangkut material serpihan pesawat dan reruntuhan gedung yang tertimpa pesawat di lokasi kejadian sejak Jumat pagi. Material-material itu diangkut dengan sejumlah truk roda enam ke Lanud Soewondo. Di sisi lain, sejumlah warga masih memadati lokasi kejadian.

Pemulangan jenazah

Sebanyak 13 jenazah diterbangkan ke sejumlah tujuan, di antaranya Pekanbaru, Jakarta, Tanjung Pinang, dan Natuna, menggunakan pesawat CN-295 dari Lanud Soewondo, Sabtu. Jenazah tersebut merupakan korban yang gagal diterbangkan pada Jumat malam karena kendala cuaca.

Semua jenazah itu sedianya diterbangkan dengan pesawat Hercules C-130 AS. Pada Sabtu pagi, pesawat tersebut telah dinyalakan hingga beberapa saat, tetapi kemudian dimatikan kembali. Belakangan, jenazah batal diangkut menggunakan Hercules C-130 AS dan dipindah ke CN-295. "Pesawat C-130 AS memang menurut rencana tidak untuk angkut jenazah hari ini," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Soewondo Mayor (Sus) Jhoni Tarigan.

Namun, pesawat Hercules C-130 AS itu akhirnya diterbangkan tanpa mengangkut jenazah. Sebelumnya, pesawat itu rusak sehingga batal terbang. "Terbang kali ini saya tidak tahu tujuannya. Mungkin ke Pekanbaru," kata Jhoni.

Sementara itu, pesawat CN-295 lepas landas pada pukul 07.15 dengan membawa 13 jenazah. Total 112 jenazah sudah dipulangkan. Saat ini, masih ada satu jenazah yang disemayamkan di Lanud Soewondo. Jenazah itu baru diterbangkan menunggu jenazah lain dari RSUP Adam Malik.

Pemulangan ke Pekanbaru

Sementara itu, tiga jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules di Medan diterbangkan ke Pekanbaru, Riau, Sabtu. Jasad ketiganya, masing-masing Okto Darmizon, Lusianti Pane, dan Marlis Jefriani, tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, sekitar pukul 08.30 dari jadwal semula pukul 07.00.

"Sampai saat ini sudah 14 jenazah yang dikirim ke Pekanbaru, tetapi belum semuanya. Masih ada beberapa lagi yang belum selesai proses identifikasinya," ujar Mayor (Sus) Rizwar, Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Roesmin Nurjadin.

Menurut Rizwar, ketiga jenazah itu diterbangkan dari Medan dengan pesawat jenis CN 295. Pesawat itu juga membawa 10 peti jenazah lain yang kemudian diterbangkan ke Tanjung Pinang dan Natuna.

Jenazah Okto Darmizon dibawa keluarganya ke Bangkinang, Kampar. Adapun jenazah Lusianti disemayamkan di rumah duka di Kompleks Widya Graha, Pekanbaru, untuk persiapan prosesi pemakaman pada hari ini juga.

Lusianti merupakan mahasiswa semester enam FISIP Universitas Riau. Ia naik pesawat Hercules naas itu untuk mengunjungi orangtuanya, Lukman Pane, yang bekerja di Natuna. Sedari kecil, ia tinggal bersama paman dan bibinya di Pekanbaru.

Lukman Pane, anggota kepolisian Natuna, saat menjemput jenazah anaknya mengatakan langsung berangkat ke Medan begitu mengetahui kabar jatuhnya pesawat Hercules yang membawa putrinya. Dia ikut membantu identifikasi yang berlangsung cukup sulit karena kondisi tubuh yang rusak. Akhirnya, identifikasi berhasil dilakukan dengan menggunakan sidik jari.

Dua jenazah kakak-beradik, Rully Sihotang (23) dan adiknya, Reni Sihotang (17), Jumat, telah dimakamkan setelah disemayamkan di Gereja Santo Paulus, Arengka, Panam, Pekanbaru. Rully merupakan mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum Universitas Riau, sedangkan Reni pelajar SMAN I Pekanbaru, kelas III. Keduanya ikut penerbangan Hercules tujuan Pontianak untuk berlibur ke rumah kakaknya, Paulus Sihotang, yang menjadi anggota TNI AU.[kms]

Berita Lainnya

Index