Metroterkini.com - Penjabat Gubernur Riau SF Hariyanto merombak susunan Direksi dan Komisaris Bank Riau Kepri Syariah (BRKS) untuk memperbaiki kinerja.
Pemicu dirombaknya jajaran direksi dan komisaris adalah laporan keuangan audited, yang menggambarkan kinerja jajaran Komisaris dan Direksi 5 tahun terakhir tidak sesuai komitmen yang ditetapkan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di awal tahun 2023, dan sesuai rencana kerja anggaran tahunan (RKAT), laba ditargetkan sebesar Rp 564 miliar. Namun, perolehan laba di tahun 2023 hanya setengahnya.
Walau telah dilakukan penambahan modal oleh pemegang saham, laba yang dihasilkan setengah dari yang direncanakan. Padahal penambahan modal oleh pemegang saham tentu dengan harapan peningkatan deviden pemegang saham, yang merupakan PAD yang diberikan oleh BUMD nya. Kenyataannya bukannya PAD bertambah mala berkurang.
Hampir 10 tahun lamanya target laba BRKS berkisar di angka Rp 500 miliar tidak pernah tercapai, dan cenderung jalan ditempat, bahkan turun dari tahun ke tahun. Sehingga BRKS tidak mampu mengikuti pertumbuhan rata-rata perbankan Nasional.
Berikut perolehan laba BRKS 5 tahun terakhir. Pada tahun 2019 memperoleh laba Rp 303 miliar, di tahun 2020 Rp 464 miliar atau naik Rp 161 miliar. Namun, pada tahun 2021 menurun. Tahun 2021 BRKS hanya memperoleh laba Rp 381 miliar, di tahun 2022 turun Rp 350 miliar dan di tahun 2023 turun lagi Rp 283 miliar.
Buruknya kinerja jajaran direksi dan komisaris menjadi perhatian Penjabat Gubernur Riau SF Hariyanto. Dia dengan tegas mengatakan akan merombak jajaran direksi dan komisaris agar kinerja kedepan lebih baik. Langkah-langkah kearah itu saat ini terus dilakukan.
Tentang penggantian jajaran direksi dan komisaris ini disampaikan SF Hariyanto usai menyerahkan SK Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru SMA sederajat di Kota Bengkalis, Kamis (27/6/2024) minggu lalu.
"Apakah perolehan laba sesuai target? Kan tidak. Makanya diganti," tegas SF Hariyanto.
Sementara itu, Pemimpin Divisi Sekretariat Perusahaan BRKS, Edi Wardana coba dikonfirmasi, Rabu (3/7/24) pagi, penyebab menurunnya laba lima tahun terkahir. Bahkan dua tahun terakhir semakin memburuk. Sampai berita ini dirilis belum menjawab.
Sementara itu, sebuah sumber menilai bahwa kondisi BRKS saat ini memang tidak sedang baik baik saja. Hal ini berlawanan dengan apa yang dikatakan pihak BRKS melalui koordinator sekretariat Edi Wardana dibeberapa media.
Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa BRKS sedang baik baik saja? Kita ketahui berbagai indikator kinerja BRKS jauh dari harapan . Pencapaian terhadap target yg sudah mereka buat dalam RBB 2023 saja tidak bisa mereka penuhi. Malah jika di bandingkan dengan tahun 2022 ada yang terus menurun.
Menurut sumber tersebut, banyak hal yang janggal di BRKS di laporan keuangan akhir tahunnya. Dari sisi laba ada laba yg belum di bukukan senilai Rp 74 miliar dan laba bersih Rp 283 miliar, ada apa dengan Rp 74 miliar tersebut.
Selain itu, peminjaman dana dalam bentuk deposito dengan nominal Rp 2 triliun lebih dengan bunga tinggi, itu juga membebani neraca BRKS. Sebab, BRKS harus membayar bunga Rp 15 miliar setiap bulan. Hal ini sebagai suatu tindakan dengan memberikan bunga diatas bunga LPS.
"Ini semua bisa masuk dugaan income smoothing," ujarnya.
Semua dugaan income smoothing ini, ungkap sumber, saat ini menjadi perhatian penegak hukum.
"Jadi langkah Pj Gubri dalam membenahi BRKS adalah langkah tepat. Beliau orang yg komit dalam membenahi BUMD untuk menjadi sehat. Mungkin karena beliau seorang Inspektorat jadi nalurinya bekerja dengan baik," kata sumber yang henggan disebutkan namanya. [rudi]