Metroterkini.com - Harga minyak jatuh di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena kekhawatiran permintaan melebihi prospek pasokan yang lebih ketat dari produsen global, sementara investor tetap skeptis bahwa Amerika Serikat dan Iran dapat mencapai kesepakatan nuklir.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 36 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 75,60 dolar AS per barel pada pukul 00.58 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 33 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 70,96 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan merosot sekitar satu dolar AS pada Kamis (8/6/2023), rebound dari kerugian awal mereka lebih dari tiga dolar AS, setelah AS dan Iran sama-sama membantah laporan oleh Middle East Eye bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan nuklir.
Untuk minggu ini, harga minyak berada di jalur kerugian sekitar satu persen dan kerugian minggu kedua. Harga minyak naik awal pekan ini menyusul janji Arab Saudi pada akhir pekan untuk pengurangan produksi yang dalam, tetapi mereka memangkas kenaikan setelah meningkatnya stok bahan bakar AS dan data ekspor China yang lemah.
"Tampaknya, pasar masih skeptis tentang kesepakatan nuklir AS-Iran," kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas Rakuten Securities
Ada tekanan naik dan turun pada harga, katanya, dengan kekhawatiran atas pasokan yang lebih ketat dan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi karena Amerika Serikat memasuki musim mengemudi diimbangi oleh kekhawatiran atas kenaikan suku bunga AS lebih lanjut dan lambatnya permintaan bahan bakar China.
"Harga minyak diperkirakan akan bertahan di kisaran sekitar 3 dolar AS di atas dan di bawah 70 dolar AS untuk WTI dalam waktu dekat," kata Yoshida.
Amerika Serikat dan Iran pada Kamis (8/6/2023) sama-sama membantah laporan bahwa mereka mendekati kesepakatan sementara di mana Teheran akan mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi yang akan mencakup ekspor hingga 1 juta barel minyak per hari.
Namun, beberapa analis mengatakan, harga minyak bisa terangkat jika Federal Reserve AS melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada 13-14 Juni. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan tidak ada kenaikan pada pertemuan tersebut. [**]