Air Pembuangan di Bandara Malaysia Banyak Mengandung Omicron

Air Pembuangan di Bandara Malaysia Banyak Mengandung Omicron

Metroterkini.com - Sekitar 96,5 persen air di saluran pembuangan yang berada di gerbang internasional bandara Malaysia mengandung virus Covid-19 varian Omicron.

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengatakan 28 dari 29 sampel air pembuangan daru pesawat itu positif mengandung Omicron.

"(Dari total) 288 sampel (95,7 persen) mengandung SARS-CoV-2 dan positif Omicron. Tiga tak terdeteksi, sementara 10 masih dalam pemeriksaan," kata Noor seperti dikutip Straits Times.

Temuan itu merupakan hasil dari pengujian di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional Malaysia. Temuan itu termasuk 301 sampel yang berasal dari 15 lokasi yang mewakili setiap negara bagian di Negeri Jiran.

Noor mengatakan pengawasan lingkungan Covid-19 Malaysia itu dilakukan sebagai upaya pantauan tambahan terhadap virus Corona.

Menurutnya, temuan virus di sampel limbah tersebut memberikan peringatan dini kepada otoritas kesehatan untuk melacak virus, mengidentifikasi varian yang berada di masyarakat, serta memantau efektivitas pengawasan.

Malaysia pekan lalu memang menyatakan bakal menguji sampel air limbah dari pesawat yang datang dari China menyusul lonjakan kasus Covid-19 Beijing.

Kementerian Kesehatan Malaysia menegaskan sampel air limbah pesawat akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional untuk dilakukan uji reaksi polimerase, sebelum dikirim untuk mengurutkan genom jika hasilnya positif Covid-19.

Negeri Jiran sendiri baru-baru ini mendeteksi dua varian Covid-19 yakni BA.5.2 dan BF.7. Kedua varian itu merupakan virus yang tengah merebak di China.

Noor mengatakan hingga 31 Desember 2022 lalu terdapat 4.148 kasus infeksi Covid-19 Omicron varian BA.5.2 dan tiga kasus infeksi BF.7.

Meski begitu, dia menyebut belum ada data yang dapat mengaitkan peningkatan jumlah kasus infeksi atau kematian dengan kedua varian Covid-19 tersebut.

"Namun, baik varian BA.5.2 maupun BF.7 diyakini disebabkan oleh kasus yang berulang atau mereka yang memiliki peluang tinggi tertular varian tersebut karena tingginya jumlah kasus Covid-19 di China," kata Noor Hisham seperti dikutip Malay Mail. [**]

 

Berita Lainnya

Index