Metroterkini.com - Musim flu di Amerika Serikat (AS) disebut datang lebih awal. Selain itu ada peningkatan kasus infeksi di sejumlah wilayah di AS.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sejauh masih meneliti penyebab melonjaknya kasus flu di negeri paman sam Amerika Serikat.
"Kami telah mencatat aktivitas flu mulai meningkat di sebagian besar negara," ujar Rochelle Walensky Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada Kamis (13/10), seperti dikutip Live Science, Minggu (16/10).
CDC memantau kemungkinan peningkatan kasus flu dengan melacak tingkat kunjungan ke dokter untuk penyakit mirip influenza di berbagai negara bagian seperti Washington D.C.
Penyakit yang dikategorikan mirip influenza itu meliputi penyakit pernapasan yang melibatkan demam ditambah batuk atau sakit tenggorokan. Sehingga, metrik ini juga dapat menangkap kemungkinan akibat virus corona SARS-CoV-2 dan respiratory syncytial virus (RSV).
Menurut CDC, peningkatan jumlah kasus penyakit mirip influenza secara mendadak dapat memberikan petunjuk kuat tentang di mana penyakit flu akan menyebar di AS.
Pekan lalu antara periode 2 Oktober hingga 8 Oktober, sebagian besar negara bagian di AS melaporkan kunjungan rawat jalan yang relatif rendah tetapi meningkat untuk penyakit mirip influenza.
Ada beberapa wilayah yang memiliki laporan berbeda, seperti Virginia dan Louisiana yang melaporkan kunjungan rumah sakit tingkat "sedang"; Tennessee, Carolina Selatan, Texas, Georgia dan New York City yang melaporkan kunjungan rumah sakit tingkat "tinggi"; dan Washington, D.C., melaporkan tingkat "sangat tinggi".
Menurut laporan rumah sakit yang diterima CDC, ada 1.322 pasien dirawat di rumah sakit akibat influenza pekan lalu.
"Jadi kita tahu bahwa virus ini sekarang sudah menyebar di masyarakat," kata William Schaffner, seorang profesor di Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt di Tennessee, seperti dikutip CNN.
Schaffner membenarkan musim flu tahun ini datang sebulan lebih cepat jika dibandingkan dengan musim flu tahun lalu. Di antara spesimen influenza yang dikumpulkan, lebih dari 95 persen adalah virus influenza A.
Sejumlah kecil dari spesimen tersebut kemudian menjalani analisis genetik. Hasilnya, sebagian besar virus secara khusus ditemukan sebagai subtipe influenza A H3N2.
"Ini sudah semakin cepat. Sepertinya sekitar sebulan lebih awal," katanya. [**]