Metroterkini.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, ada 800 orang yang berpotensi mengalami kelaparan akut karena kekurangan bahan pangan. Hal ini sebagai akibat terhambatnya ekspor gandum dari Ukraina dan Rusia akibat perang yang belum usai.
Jokowi mengungkapkan, saat bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terungkap ada 77 juta ton gandum yang tak dapat diekspor karena perang. Sementara itu, saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terungkap ada 207 juta ton gandum terhambat distribusinya ke berbagai negara.
"Bukan 207 ton, tapi 207 juta ton, ini yang mengakitabkan 333 juta orang kelaparan dan mungkin enam bulan lagi 800 juta orang akan kelaparan akut karena tidak ada yang dimakan," ujar Jokowi saat memberikan sambutan untuk acara doa dan zikir bersama dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI di halaman Istana Merdeka, Senin (1/8/2022).
"Sekali lagi alhamdulilah beras di Australia masih bisa kita cari dan tidak naik. Sekali ini patut kita syukuri berkat kerja keras Bapak, Ibu, berkat ikhitar gotong royong kita bersama-sama," tegasnya.
Kepala Negara lantas mengungkapkan kondisi krisis energi di dunia, yang mengakibatkan harga gas naik hingga lima kali lipat dan harga BBM naik dua kali lipat.
"Inilah kesulitan-kesulitan yang dialami hampir semua negara. Tidak negara kecil, tidak negara besar, tidak negara kaya, miskin semua mengalami hal yang sama sehingga muncul krisis ketiga yaitu krisis keuangan," tutur Jokowi.
"Beberapa negara yang tidak kuat ambruk karena sudah tidak memiliki uang cash baik untuk membeli energi bensin dan gas atau membeli pangan," tambahnya.
Oleh karenanya, Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk berdoa dan berzikir bersama dalam rangka peringatan HUT ke-77 RI.
Salah satu yang ditekankan Presiden adalah adalah ajakan untuk berdoa agar Indonesia selu dilimpahi pangan dan energi.
"Marilah kita berdoa bersama, zikir bersama memohon kepada Allah SWT agar negara kita selalu dilimpahi energi dan pangan. Dan kita tidak kekurangan akan hal itu," ujar Jokowi.
"Dan kita berusaha, berikhtiar bersama, agar kita justru melimpah (pangan dan energi) dan bisa membantu negara-negara lain yang sedang kesulitan saat ini," lanjutnya. [**]