Metroterkini.com - Ratusan orang model, baik pria maupun wanita, berpose telanjang bulat di sebuah gurun pasir Israel. Ada apa gerangan?
Sekitar 200 orang model, baik pria dan wanita, tampak tak mengenakan sehelai benang pun saat menjalani sesi pemotretan di sebuah gurun pasir di Israel, dekat Laut Mati.
Tubuh telanjang para model ini hanya ditutupi oleh cat putih yang tampak kontras dengan latar belakang gurun pasir yang berwarna kecoklatan.
Rupanya, para model telanjang ini tengah mengikuti sesi pemotretan yang dilakukan oleh fotografer ternama dari Amerika Serikat yang bernama Spencer Tunick.
Buat traveler yang belum tahu, Spencer Tunick memang selama ini dikenal sebagai fotografer yang 'hobi' memotret model telanjang. Namun yang dilakukan Tunick lebih spektakuler, karena dia biasa memotret model telanjang dalam jumlah yang massif, mencapai ratusan orang.
Tunick bisa membuat ratusan orang rela telanjang di depannya. Baik perempuan maupun laki-laki, semuanya mengikuti arahan Tunick. Model-model ini berdiri tegak dan bungkuk. Ada yang kurus dan ada pula yang gemuk.
Berbalut pakaian hitam, Tunick berdiri di atap kendaraan dan memberi instruksi menggunakan megafon.
"Semua orang samakan kakinya bersama. Tangan ke bawah," kata Tunick, Minggu (17/10) pekan lalu.
Tunick terlihat mengarahkan para modelnya berpose di atas bukit cokelat berbatu yang menghadap ke danau kebiruan. Pemotretan ini digelar sebagai salah satu cara untuk menggenjot kembali pariwisata Israel.
Tunick memang telah melakukan puluhan pemotretan telanjang skala besar di seluruh dunia.
"Bagi saya, tubuh merepresentasikan keindahan dan kehidupan dan cinta," ucapnya.
Salah satu model yang ada dalam proyek itu, Anna Kleiman (26), mengaku ingin bergabung karena mau memunculkan kesadaran publik akan krisis lingkungan.
"Rasanya sangat natural begitu Anda melepas pakaian Anda. Anda mungkin tidak ingin memakainya kembali," katanya.
Ahli teknis dalam proyek ini, Gil Shavit, menilai Tunick sudah sangat hati-hati mengambil gambar para model dari bahu ke atas untuk menghindari area personal yang dicat.
"Kami beruntung hari ini ada awan, jadi tidak terlalu panas," kata Shavit.
Shavit pernah terlibat dalam proyek Laut Mati karya Tunick pada 2011. Ia menyampaikan rasa terima kasih lantaran kembali ke lokasi itu.
"Menarik untuk dilihat. Spencer (Tunick) tidak bisa melakukan pekerjaannya tanpa kami," ucapnya.
Fotografer berusia 54 tahun itu mengunjungi Israel sebagai tamu Kementerian Pariwisata guna menggambarkan Laut Mati yang menyusut melalui subjek telanjang. Proyek ini disebut merupakan yang ketiga kali dia menggambarkan lokasi itu.
Pemilihan warna putih untuk menutup tubuh model terinspirasi dari kisah Alkitab mengenai istri Lot, yang disebut berubah menjadi tiang garam.
Menurut Direktur Pemasaran untuk Kementerian Amerika, Menteri Pariwisata Israel membiayai ongkos transportasi dan akomodasi Tunick. Sementara itu, Wali Kota Arad, Nisan Ben Hamo, membantu dengan mengerahkan staf dan mengeluarkan biaya lain.
Proyek itu di mata Ben Hamo seperti menegaskan Arad, sebagai kota 'liberal'.
Meski demikian, ia berharap pemotretan itu mendatangkan lebih banyak wisatawan dan membantu pemasukan guna membangun museum baru soal Laut Mati.
Tunick sendiri telah memotret lebih dari seribu model telanjang selama satu dekade lalu di lokasi Laut Mati. Laut Mati semakin surut, sekitar satu meter dalam setahun.
Israel dan Yordania telah mengalirkan air untuk pertanian dan air minum. Namun, ekstraksi mineral dan penguapan terjadi lebih cepat lantaran efek perubahan iklim.
Area air saat pemotretan pertama Tunick kini telah berbeda. Air itu telah berkurang, hanya menyisakan pasir berkerak dan lubang pembuangan yang menganga.
Namun, beberapa pemimpin Israel yang berhaluan konservatif menentang proyek itu dan menuntut Kementerian Pariwisata menarik sponsornya dari sesuatu yang mereka sebut "peristiwa kekejaman massal." [**]