Metroterkini.com - Taliban terus bergerak lebih dekat untuk merebut kembali kendali penuh atas Afghanistan. Ibu kota Kabul sekarang satu-satunya kota besar yang tersisa di tangan pemerintah.
Pada Minggu (15/8),para militan menguasai Jalalabad, sebuah kota penting di timur, tanpa perlawanan. Para pemberontak sekarang menguasai 23 dari 34 ibu kota provinsi. Ini menyusul perebutan benteng utara pemerintah Mazar-i-Sharif hanya sehari sebelumnya.
Laporan pada Minggu pagi mengatakan Taliban menyerbu kota Jalalabad, ibu kota provinsi Nangarhar, tanpa tembakan.
"Tidak ada bentrokan yang terjadi saat ini di Jalalabad karena gubernur telah menyerah kepada Taliban," kata seorang pejabat Afghanistan setempat kepada kantor berita Reuters.
"Membiarkan Taliban adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa warga sipil,” lanjutnya.
Wartawan Tariq Ghazniwal mentweet gambar yang konon menunjukkan gubernur provinsi menyerahkan kendali kepada Taliban.
Direbutnya Jalalabad berarti Taliban telah mengamankan jalan-jalan yang menghubungkan negara itu dengan Pakistan.
Itu terjadi beberapa jam setelah Mazar-i-Sharif-ibu kota provinsi Balkh dan kota terbesar keempat di Afghanistan-juga sebagian besar jatuh tanpa perlawanan.
Abas Ebrahimzada, seorang anggota parlemen dari Balkh, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa tentara nasional adalah yang pertama menyerah, yang kemudian mendorong pasukan pro-pemerintah dan milisi lainnya untuk menyerah.
Runtuhnya pasukan pemerintah yang cepat telah membuat Presiden Ashraf Ghani di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengundurkan diri.
Dia tampaknya menghadapi pilihan yang sulit antara menyerah atau berjuang untuk mempertahankan ibukota.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) telah mulai mengevakuasi anggota staf dari kedutaan besarnya di Kabul. Pada Minggu (15/8) pagi mereka dibawa ke bandara dan terlihat menaiki enam pesawat angkut militer besar. AS telah mengerahkan 5.000 tentara untuk membantu operasi tersebut.
Presiden Joe Biden telah membela keputusannya untuk meningkatkan penarikan AS dari Afghanistan, dengan mengatakan dia tidak bisa membenarkan kehadiran AS tanpa akhir di tengah konflik sipil negara lain. [**]