Metroterkini.com - Indra Rudiansyah adalah salah seorang pemuda Indonesia yang ikut andil dalam pembuatan vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca. Ia adalah seorang mahasiswa doktoral Clinical Medicine di Universitas Oxford.
Bersama Prof Sarah Gilbert, ia bergabung dalam tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group yang mengembangkan vaksin tersebut, sejak Januari 2020.
Sosoknya pun menjadi perbincangan di media sosial. Masyarakat pun memuji dan merasa bangga dengan pencapaian Indra ini.
Berikut adalah 5 fakta di balik kesuksesan Indra Rudiansyah yang bergabung dalam peneliti vaksin Oxford-AstraZeneca.
1. Awal mula bergabung
Awalnya, penelitian vaksin AstraZeneca hanya dilakukan oleh sedikit orang, karena waktu itu tak ada yang menyangka pandemi COVID-19 akan besar dan berkepanjangan. Namun seiring waktu, tim peneliti membutuhkan bantuan lebih banyak orang, sehingga Indra mendaftarkan diri.
"Saya akhirnya mendapat tugas untuk membantu monitoring antibodi respons di antara para volunteer dalam uji klinis. Jadi memang orang yang terlibat itu sangat banyak bisa ratusan dan di berbagai tempat di UK, tidak hanya di Oxford," ujar Indra dalam dalam bincang bersama media, Kamis (29/7/2021).
2. Suka duka
Indra mengisahkan suka dukanya berkiprah dalam pembuatan salah satu produk vaksin COVID-19. Menurutnya, pembuatan vaksin memang menantang. Namun, di sanalah ia menemukan kesempatan berharga untuk mempelajari langsung salah satu teknologi vaksin terbaik di dunia.
"Kalau dukanya, pembuatan vaksin itu tidak gampang. Contohnya berkaitan dengan kegagalan. Saya dengan vaksin malaria sendiri, saya sudah mencoba mendesain beberapa vaksin malaria, mungkin ada 10-12 vaksin yang sudah saya coba buat. Dari sekian banyak tersebut, mungkin hanya 1-2 yang memiliki sinyal prospektif. Itu juga belum tentu bisa bekerja ketika di manusia" ujarnya.
3. Bekerja di Bio Farma
Indra bercerita mengenai perjalanannya hingga bergabung dengan tim peneliti tersebut. Dia mengatakan, pada tahun 2014 ia sempat bergabung dengan Bio Farma. Saat akan bergabung, ia menyatakan ingin melanjutkan studi S3.
"Jadi saya tahun 2014 itu saya masuk Bio Farma, pada saat saya interview oleh bos saya, memang saya bilang kalau saya waktu itu, saya posisinya sedang akhir S2. Saya bilang saya mau kerja di sini, tapi saya juga ingin melanjutkan S3 suatu saat nanti," katanya.
4. Beasiswa LPDP
Setelah bekerja selama 2 tahun, Indra mencari beasiswa melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Indra menaruh minat untuk melanjutkan studi di Oxford dan Johns Hopkins. Sebab, kedua universitas itu terbilang maju di bidang malaria.
Setelah ia pelajari, ternyata Johns Hopkins lebih banyak mengembangkan ke basic science malaria. Sementara, ia menaruh minat pada vaksin.
"Jadi saya apply dua-duanya, yang di Johns Hopkins saya tidak diterima, yang di Oxford saya alhamdulillah diterima," katanya.
"Akhirnya saya masuk ke Oxford dengan topik penelitian vaksin malaria tapi menggunakan teknologi viral vector juga," tambahnya.
5. Diminta kembali ke RI
Berkat prestasinya, banyak yang memuji dan merasa bangga salah satunya Menteri BUMN Erick Thohir. Erick mengatakan hal itu menjadi bukti jika pemuda Indonesia yang di luar negeri tak bisa diremehkan.
Erick pun sempat bertanya kapan Indra kembali ke Indonesia. Indra bilang, akan kembali ke Indonesia pada Oktober tahun depan.
Erick juga memastikan Indra siap bersinergi dengan PT Bio Farma (Persero). Ia juga memastikan Indra tetap bergabung di Bio Farma Oktober 2022 nanti.
"Jadi intinya Indra siap bantulah ya untuk bersinergi dengan tim Bio Farma, dengan segala keterbatasan kamu, tapi paling tidak Oktober tahun depan tetap gabung Bio Farma kan ya?" tanya Erick.
"Iya betul Pak," jawab Indra. [**]