Metroterkini.com - Pemerintah China menolak tuduhan yang dilontarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa negaranya tidak memberikan data asli yang dibutuhkan untuk penyelidikan asal-usul virus Corona (COVID-19). China menegaskan para pakar mendapatkan akses yang memadai saat mengunjungi negaranya tahun ini.
Seperti dilansir AFP, Jumat (16/7/2021), WHO menghadapi tekanan yang meningkat untuk penyelidikan baru yang lebih mendalam terhadap asal-usul Corona setelah badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) itu mengirimkan tim pakar internasional yang independen ke Wuhan, China, pada Januari lalu.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menuturkan kepada wartawan pada Kamis (15/7) waktu setempat bahwa salah satu tantangan utama dalam penyelidikan fase pertama adalah 'data mentah tidak dibagikan'.
Tedros lantas mendorong China untuk 'transparan, terbuka dan bekerja sama' dalam penyelidikan fase kedua nanti.
Menanggapi hal itu, China bersikeras telah mengizinkan para pakar internasional mengakses data asli Corona.
"Untuk melihat data asli yang membutuhkan perhatian khusus," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
Namun Zhao menambahkan bahwa 'sejumlah informasi melibatkan privasi pribadi dan tidak bisa disalin dan dibawa ke luar negeri'.
Zhao juga membantah klaim Tedros yang menyebut 'ada dorongan prematur' untuk mengesampingkan teori bahwa virus Corona bisa saja bocor dari sebuah laboratorium virolofi di Wuhan.
Ditegaskan kembali oleh Zhao bahwa tim pakar yang telah mengunjungi China 'setuju bahwa hipotesis soal kebocoran lab memicu wabah sangat tidak mungkin'.
"Isu ini tidak seharusnya dipolitisasi," tegasnya.
Awalnya diejek sebagai teori konspirasi sayap kanan -- dan ditolak keras oleh China, gagasan bahwa COVID-19 mungkin muncul dari kebocoran laboratorium telah mendapatkan momentum yang semakin meningkat, khususnya di Amerika Serikat (AS).
China secara konsisten mengecam setiap tuduhan yang muncul, dengan menegaskan bahwa kebocoran laboratorium bisa terjadi karena dimotivasi politik dan tidak ilmiah. Namun, Tedros menekankan pada Kamis (15/7) waktu setempat bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan sebelum hipotesisnya bisa benar-benar dikesampingkan. [**]