Pangeran Yordania Minta Dukungan Arab Saudi untuk Kudeta

Pangeran Yordania Minta Dukungan Arab Saudi untuk Kudeta

Metroterkini.com - Dokumen pengadilan Yordania mengungkapkan bahwa Pangeran Hamzah bin Hussein berharap melengserkan Raja Abdullah II dengan dukungan Arab Saudi. Dokumen ini masih terkait kasus dugaan konspirasi mendestabilisasi keamanan Yordania.

Seperti dilansir AFP, Senin (14/6/2021), hal itu diungkapkan dalam dokumen dakwaan untuk dua terdakwa kaki tangan dalam kasus konspirasi mendestabilisasi keamanan Yordania.

Kedua terdakwa terdiri atas mantan kepala pengadilan Kerajaan Yordania, Bassem Awadallah, yang juga memegang kewarganegaraan Saudi dan mantan utusan khusus kerajaan, Sharif Hassan bin Zaid. Keduanya disebut memiliki hubungan dekat dengan Saudi.

Kedua terdakwa mulai diadili di pengadilan keamanan negara pada akhir bulan ini, dan terancam hukuman maksimum 20 tahun penjara jika terbukti bersalah.

Pangeran Hamzah sendiri, yang merupakan saudara tiri Raja Abdullah II, tidak didakwa dalam kasus ini.

Pada April lalu, Pangeran Hamzah sempat menjadi tahanan rumah dan dituduh terlibat dalam plot 'jahat' serta konspirasi penghasutan untuk 'mendestabilisasi keamanan Kerajaan'.

Otoritas Yordania menyebut kasus Pangeran Hamzah telah diselesaikan dalam lingkup keluarga kerajaan Yordania, atau yang disebut Hashemite.

Dalam tanggapannya, otoritas Saudi membantah terlibat dalam plot mendestabilisasi keamanan Yordania itu. Setelah berita itu pertama mencuat, Saudi dengan cepat menyatakan 'dukungan penuhnya' untuk Yordania.

"Dan untuk keputusan dan langkah yang diambil oleh Raja Abdullah II dan Putra Mahkota Hussein untuk menjaga keamanan dan stabilitas," demikian pernyataan Saudi.

Sementara Pangeran Hamzah tidak akan disidang, dugaan perannya dalam kasus ini menjadi pusat dalam persidangan.

"Pangeran Hamzah bertekad untuk memenuhi ambisi pribadinya untuk berkuasa, yang melanggar konstitusi dan adat Hashemite," demikian bunyi penggalan dakwaan dalam kasus ini.

"Agar berhasil, dia berupaya mengeksploitasi kekhawatiran dan persoalan populasi dan membangkitkan hasutan dan rasa frustrasi dalam masyarakat," imbuh dakwaan itu.

Salah satu terdakwa, Awadallah, disebut beberapa media Yordania sebagai sosok yang dekat dengan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. Dakwaan itu menyebut Awadallah 'dekat dengan sejumlah pejabat Kerajaan Arab Saudi' dan memiliki jaringan kontak di luar negeri.

Menurut dakwaan tersebut, Pangeran Hamzah dilaporkan khawatir soal perilaku Saudi. "Jika sesuatu yang buruk terjadi pada saya di Yordania, apakah para pejabat Saudi membantu saya atau tidak?" ucap Pangeran Hamzah saat bertanya kepada Awadallah seperti tertuang dalam dokumen dakwaan.

Dalam pernyataannya pada April lalu, Pangeran Hamzah yang dilucuti dari gelar Putra Mahkota Yordania oleh Raja Abdullah II pada tahun 2004 lalu, ini membantah telah melakukan konspirasi, tetapi menuduh para pemimpin Yordania tidak mampu menjalankan pemerintahan dan melakukan korupsi.

Setelah sempat menjadi tahanan rumah, Pangeran Hamzah, yang dikenal sangat kritis terhadap pemerintah Yordania, menyatakan sumpah setia pada Raja Abdullah II. [**]
 

Berita Lainnya

Index