Metroterkini.com - Regulator obat Eropa (EMA) mengungkap vaksin AstraZeneca memiliki efek samping langka pembekuan darah langka. Inggris menjadi salah satu negara yang mencatat kasus pembekuan darah, dan kasusnya terus bertambah.
Disampaikan regulator obat Inggris, Kamis kemarin, total 168 kasus pembekuan darah ditemukan usai vaksinasi AstraZeneca dilakukan pada 7,9 juta orang.
Kasus pembekuan darah meningkat dari sebelumnya 100 kasus, saat dosis vaksin AstraZeneca baru terpakai 4,9 juta. Sejauh ini, otoritas negara Inggris hanya merekomendasikan vaksin AstraZeneca pada kelompok usia di atas 30 tahun.
Dikutip dari Reuters, total ada 32 kematian akibat kasus pembekuan darah, naik dari pekan lalu yaitu 22 kasus. Namun, angka kematian ini cenderung menurun dari 22 persen, kini menjadi 19 persen.
Hingga kini, kasus pembekuan darah diyakini para ahli sangat jarang terjadi dan tetap disarankan untuk melanjutkan vaksinasi AstraZeneca. Sementara, beberapa negara Eropa seperti Prancis membatasi vaksinasi AstraZeneca pada usia di atas 55 tahun.
"Berdasarkan tinjauan yang sedang berlangsung ini, sarannya tetap bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya pada sebagian besar orang," kata MHRA pada hari Kamis, mengulangi nasihatnya untuk tetap melanjutkan vaksinasi COVID-19.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI juga sudah mengevaluasi laporan kasus pembekuan darah langka di Eropa, dengan tetap menyarankan pemberian vaksin AstraZeneca. Alasannya sama, karena kasus sangat jarang terjadi.
Meski begitu, BPOM menegaskan akan terus memantau perkembangan atau evaluasi vaksin AstraZeneca di Eropa untuk menjadi pertimbangan. BPOM juga sudah memberikan warning dalam fact sheet vaksinasi AstraZeneca.
"Ditambahkan warning pada seleksi kejadian skrining yang akan disuntikan Astrazeneca yang ada kemungkinan risiko mempunyai trombosis, dan juga di dalam vaksinnya ada label yang mempunyai warning ada kemungkinan kejadian blood clot trombosis tersebut," bebernya. [**]