Metroterkini.com - Korban tewas yang tertembak dalam aksi demonstrasi antikudeta di Myanmar terus bertambah. Terbaru, ada enam orang tewas akibat penembakan yang dilakukan polisi Myanmar saat menindak keras para demonstran di berbagai wilayah.
Sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (13/3/2021), dua saksi mata menuturkan kepada Reuters bahwa tiga orang tewas dan beberapa orang lainnya luka-luka saat polisi melepas tembakan ke arah demonstran yang melakukan aksi protes sit-in atau duduk di jalanan di Mandalay -- kota terbesar kedua di Myanmar.
Laporan media lokal menyebut seorang demonstran tewas dalam unjuk rasa antikudeta yang digelar di kota Pyay.
"Pasukan keamanan awalnya mencegat ambulans mencapai orang-orang yang luka-luka dan baru mengizinkannya belakangan. Saat mereka mengizinkannya, salah satu korban luka menjadi kritis dan dia akhirnya meninggal dunia," tutur salah satu demonstran di Pyay yang enggan disebut namanya, kepada Reuters.
Dua orang lainnya, juga menurut laporan media lokal, tewas akibat penembakan polisi di kota Yangon pada Jumat (12/3) malam waktu setempat.
Media lokal Myanmar, DVB News, sebelumnya melaporkan bahwa dua orang itu tewas usai terkena tembakan yang dilepaskan polisi ke arah kerumunan demonstran yang berkumpul di luar kantor polisi di distrik Tharketa, Yangon. Demonstran berkumpul di sana untuk menuntut pembebasan orang-orang yang ditangkap.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan total lebih dari 70 orang tewas dalam unjuk rasa di berbagai wilayah Myanmar sejak kudeta militer dilakukan pada 1 Februari lalu.
Jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa di Myanmar ini dilaporkan setelah para pemimpin empat negara yang tergabung dalam kelompok 'Quad', yakni Amerika Serikat (AS), India, Australia dan Jepang bertekad untuk bekerja sama dalam memulihkan demokrasi di Myanmar.
"Sebagai pendukung lama Myanmar dan rakyatnya, kami menekankan kebutuhan mendesak untuk memulihkan demokrasi dan prioritas penguatan ketahanan demokrasi," demikian pernyataan gabungan empat negara itu, seperti dirilis Gedung Putih.
Sementara itu, junta militer Myanmar belum mengomentari laporan jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa terbaru. [**]