Metroterkini.com - Badan pengawas obat-obatan Uni Eropa menyetujui penggunaan vaksin virus corona sekali suntik Johnson & Johnson pada Kamis (11/3) ini. Persetujuan vaksin ini menjadi yang keempat diberikan oleh otoritas blok beranggotakan 27 negara itu.
Pasalnya, sebelumnya mereka telah menyetujui tiga vaksin, Pfizer-BioNTech, Moderna dan AstraZeneca-Oxford. Selain itu, mereka juga tengah mengkaji persetujuan untuk vaksin Novavax, CureVac, dan Sputnik Rusia.
Keputusan UE tersebut sekaligus memberikan harapan baru bagi pelaksanaan program vaksinasi corona di kawasan tersebut yang hingga kini masih berjalan lamban.
"Dengan opini positif terbaru ini, pihak berwenang di seluruh Uni Eropa akan memiliki opsi lain untuk memerangi pandemi dan melindungi kehidupan dan kesehatan warganya," kata kepala Badan Obat Eropa (EMA) Emer Cooke dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP, Kamis (11/3).
"Ini adalah vaksin pertama yang dapat digunakan sebagai dosis tunggal," tambah mereka.
Raksasa farmasi AS J&J mengajukan persetujuan penggunaan vaksin produksi mereka sejak 16 Februari. Vaksin tersebut dikembangkan oleh anak perusahaan mereka di Belgia, Janssen.
Selain menjadi vaksin pertama yang hanya perlu disuntikkan sekali saja, vaksin produksi Johnson & Johnson memiliki keunggulan lebih mudah disimpan.
Meski demikian, suntikan vaksin mereka dinilai kurang protektif dibandingkan hasil produksi Pfizer dan Moderna. Pasalnya, keduanya memiliki kemanjuran sekitar 95 persen terhadap semua bentuk covid-19 dari jenis virus korona klasik. [***]