Metroterkini.com - Massa kembali mengelar aksi protes menentang kudeta militer Myanmar pada Rabu (17/2) dengan sengaja memarkir 'mobil mogok' untuk memblokade truk dan kendaraan aparat membubarkan pedemo.
Seruan agar warga memblokade jalan menggunakan kendaraan mereka menyebar dengan cepat di media sosial tak lama setelah militer kembali membuka akses internet.
"Semua orang mengalami kesulitan," ujar Thein Naing, seorang sopir taksi yang ikut aksi demo di Yangon sepertin dilansir Reuters.
Foto dan video yang bereda di media sosial memperlihatkan mobil sengaja diparkir di jalan-jalan utama Kota Yangon hingga membuat jalan terblokir.
Aksi protes ini dilakukan ketika para aktivis berusaha menarik lebih banyak massa untuk turun ke jalan menyuarakan protes atas penggulingan pemerintahan dan penangkapan Aung San Suu Kyi, Presiden Wyn Myint dan sejumlah tokoh politik Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Aksi protes pada Rabu juga diikuti oleh setidaknya ratusan ribu orang di sejumlah kota termasuk di ibu kota Naypyidaw. Massa mengaku akan terus menggelar aksi protes hingga militer mengembalikan pemerintahan ke tangan sipil.
Massa mengaku skeptis dengan janji junta militer pada Selasa (16/2) untuk kembali menggelar pemilihan umum yang adil.
"Kami mencintai demokrasi dan membenci junta," kata anggota terpilih Partai NLD, Sithu Maung di hadapan puluhan ribu massa di Yangon.
"Kita harus menjadi generasi terakhir yang mengalami kudeta."
Puluhan ribu orang menyuarakan aksi protes di jalan-jalan di kota Mandalay, beberapa diantaranya turut memblokir jalur utama rel kereta api. Sementara di ibu kota Naypyitaw dan ratusan orang di Maylamyine juga menggelar aksi serupa.
Brigadir Jenderal Zan Min Tun, juru bicara militer dalam konferensi pers Selasa mengklaim bahwa 40 juta dari 53 juta warga Myanmar mendukung aksi militer.
Lebih dari 450 orang dilaporkan telah ditangkap dalam aksi protes menentang kudeta militer yang terjadi selama dua pekan terakhir. Sebagian besar yang ditangkap merupakan tokoh Partai NLD.
Militer Myanmar sejauh ini telah dua kali memutus akses internet untuk membungkam warganya menghimpun dukungan menggelar aksi protes. [***]