Metroterkini.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengklaim telah menangkap pemimpin Al-Qaeda di Yaman, Khalid Batarfi. Namun dalam sebuah video yang dirilis kelompok militan itu pada Rabu (10/2), Batarfi tiba-tiba muncul dan berbicara.
Seperti dilansir AFP, Kamis (11/2/2021), Batarfi, yang menjadi pemimpin Al-Qaeda di Jazirah Arab (AQAP) selama sekitar satu tahun, angkat bicara tentang penyerbuan Kongres AS bulan Januari lalu.
Video berdurasi 20 menit berjudul "Amerika dan Penyerbuan yang Menyakitkan", Batarfi mengatakan "menyerbu Kongres hanyalah awal dari apa yang akan menimpa mereka, Insya Allah".
Video itu awalnya dibuka dengan cuplikan serangan capitol oleh pendukung pro-Donald Trump pada 6 Januari lalu.
Dua pemimpin suku lokal di wilayah Al-Bayda di Yaman tengah, di mana AQAP aktif, mengatakan kepada AFP bahwa kemungkinan besar orang yang ditangkap bukanlah Batarfi, tetapi anggota lain dari kelompok AQAP.
"Kemungkinan besar, dia tidak ditangkap, dan yang ditangkap adalah pemimpin senior lainnya dalam kelompok itu," kata salah satu pemimpin suku.
Pekan lalu, sebuah laporan yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB mengklaim Batarfi telah ditangkap dan wakilnya, Saad Atef al-Awlaqi, tewas dalam "operasi di Kota Ghayda, Provinsi Al-Mahrah, pada Oktober lalu".
Laporan PBB soal penangkapan Batarfi tidak mengungkapkan keberadaannya ataupun memberikan rincian terkait operasi Oktober 2020 lalu.
Teroris Global
Setelah kematian pendahulu AQAP Qassim al-Rimi dalam serangan udara AS di Yaman, Batarfi ditunjuk sebagai pemimpinnya pada Februari 2020. Menurut SITE, Batarfi, yang ditetapkan sebagai teroris global oleh Departemen Luar Negeri AS pada 2018, telah muncul di banyak video AQAP selama beberapa tahun terakhir. Ia juga menjadi wakil Qassim al-Rimi dan juru bicara kelompok AQAP.
Washington menganggap AQAP sebagai cabang jaringan Al-Qaeda yang paling berbahaya di dunia, dan telah melancarkan serangan-serangan drone yang telah berlangsung lama terhadap para pemimpin kelompok tersebut.
AQAP mengaku bertanggung jawab atas penembakan massal 2019 di pangkalan Angkatan Laut AS di Florida, di mana seorang perwira Angkatan Udara Arab Saudi membunuh tiga pelaut Amerika.
Kelompok ekstremis Sunni tersebut berkembang pesat dalam kekacauan perang saudara antara pemerintah Yaman yang didukung Saudi dan kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran.
AQAP telah melakukan operasi melawan Houthi dan juga pasukan pemerintah Yaman serta serangan-serangan sporadis di luar negeri, termasuk di kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo pada tahun 2015. [**]