Metroterkini.com - Rumah Sakit Umun Daerah (RSUD) Kepulauan Meranti saat ini tengah menutup sementara pelayanan rawat inap dan rawat jalan di poliklinik anak. Hal tersebut dilakukan sehubungan dengan terjadi kekosongan tenaga dokter spesialis anak.
Direktur RSUD Kepulauan Meranti dr RH Riasari melalui Kasubag TU Riefki Dwi Putra mengatakan kalau sebelumnya memang ada tiga dokter anak yang mengabdi di RSUD, namun ketiganya sudah habis masa kontraknya dan tidak ingin memperpanjang masa kontrak lagi dengan alasan tertentu.
"Untuk Poli Anak kita tidak tahu akan ditutup sampai kapan, yang jelas sampai ada dokter spesialis pengganti. Sebelumnya kita punya dua dokter anak yakni Hendra Salim dan Silfy dan mereka merupakan suami istri yang sudah tiga tahun bekerja di RSUD," kata Rifky, saat ditemui pada Selasa (26/01/2021) di ruang kerjanya.
Tambahnya, dokter Hendra merupakan CPNS, namun karena istrinya tidak ingin memperpanjang kontrak kerja dia pun melakukan pengunduran diri dan pindah ke luar kota. Selain itu ada dokter Anet yang berasal dari PDGS Kementerian Kesehatan dan masa kontraknya pun hanya satu tahun dan kemaren sudah berakhir masa tugasnya.
Diceritakan program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PDGS) setiap tahun mendapatkan kuota tiga dokter spesialis yang sebelumnya dilakukan tahapan pengajuan melalui aplikasi.
"Tahun lalu kita mendapatkan tiga dokter spesialis yakni spesialis anak, Obgyn dan internis atau penyakit dalam. Untuk kebutuhan tahun 2021 ini kita juga telah melakukan pengajuan dokter spesialis termasuk spesialis anak namun tidak lolos verifikasi. Karena kali ini seleksinya sangat ketat dan Kementerian pun memprioritaskan RSUD yang betul-betul tidak memiliki dokter spesialis," ungkap Rifky.
Upaya lainnya yang dilakukan RSUD dalam memenuhi kebutuhan dokter spesialis anak yakni dengan membuka lowongan dengan iming-iming gaji dan tunjangan sebesar Rp35 juta dan fasilitas lainnya, namun masih juga sepi peminat.
"Kita sudah buka pengumuman lowongan untuk dokter spesialis anak, namun belum ada yang melamar. Memang setelah dua Minggu pengumuman itu kita sebarkan ada tiga dokter yang menghubungi, namun mereka tetap ingin melalui jalur PDGS, mungkin agar mendapatkan pendapatan tambahan," ujar Riefki.
Kasubag Tata Usaha itu juga mengaku dilema dengan kondisi seperti ini, walaupun pihaknya telah berusaha menaikkan pendapatan dokter spesialis yang ada, dan Kepulauan Meranti merupakan salah satu daerah di Riau yang menerapkan gaji besar bagi para dokter spesialis.
"Untuk gaji dokter spesialis di RSUD, kita salah satu daerah di Riau yang menerapkan gaji terbesar. Namun kondisi daerah yang berpulau dan masih terisolir yang mungkin membuat para dokter itu tidak betah berada lama disini. Untuk satu tahun, kita menghabiskan anggaran sebesar Rp6 miliar lebih untuk gaji dan insentif bagi 14 dokter spesialis," pungkasnya. [wira]