Metroterkini.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan pertemuan perdana secara virtual pada Jumat (30/10) dengan sejumlah ahli dan pakar internasional untuk menyelidiki asal mula penyebaran virus corona (Covid-19) yang diduga kuat berasal dari binatang.
Penyelidikan WHO juga menggandeng pakar-pakar dari China, negara yang menjadi pusat penyebaran virus tersebut. Sejumlah pakar epidemiologi dan spesialis kesehatan hewan juga diterjunkan untuk menelusuri hewan yang menyebarkan virus pertama kali ke manusia.
"Hari ini, sekelompok ahli internasional mengadakan pertemuan virtual pertama mereka dengan rekan-rekan dari Cina," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers sebagaimana dikutip dari AFP pada Sabtu (31/10).
WHO, kata dia, sudah mengirimkan tim pendahulu ke Beijing sejak Juli lalu untuk melakukan penyelidikan awal. Namun, kata ujar Tedros, belum dapat dipastikan lebih lanjut kapan waktu tim ilmuwan yang lebih lengkap dapat dikirimkan ke China untuk memulai studi penyelidikan itu.
Lihat juga: Safari Alutsista Prabowo di Tengah Panas Laut China Selatan
WHO akan mencoba mengidentifikasi kasus positif Covid-19 pada pasien pertama di China, serta sumber infeksinya.
Sejauh ini, ilmuwan meyakini virus itu pertama kali menyebar lewat penularan hewan ke manusia, dengan dugaan terkuat dari pasar di kota Wuhan yang menjual hewan-hewan.
WHO bakal segera bertemu tatap muka untuk menelusuri lebih lanjut virus Covid-19 ini.
"Itu pasti selalu menjadi bagian dari rencana, bahwa tim akan bertemu terlebih dahulu," kata Kepala Kedaruratan WHO, Michael Ryan. "Kami sangat mengharapkan tim ditempatkan di lapangan."
Lihat juga: Dubes China Tuding 7 'Kejahatan' AS Usai Pompeo Temui Jokowi
Menurut Michael, saat ini tim WHO sedang menggelar peninjauan awal di lokasi, mengingat proses penyelidikan akan memakan waktu lama dan kompleks.
Dia menjelaskan bahwa situasi politik dunia yang acap kali memojokkan badan tersebut menjadi salah satu rintangan dalam penelusuran virus. Kata dia, banyak tekanan politik yang memaksa pihaknya untuk bergerak cepat.
"Itulah yang kami butuhkan, jawaban terbaik. Bukan sembarang jawaban yang memenuhi kebutuhan politik kecepatan," ujar dia.
Sejak virus ini pertama kali muncul di China pada akhir tahun lalu, setidaknya sudah hampir 1,2 juta orang di seluruh dunia dinyatakan meninggal dunia. Kemudian, virus yang telah menjadi pandemi ini telah menginfeksi lebih dari 45 juta orang.
Atas hal tersebut, Komite darurat WHO segera menjadwalkan pertemuan dalam waktu dekat untuk mengevaluasi krisis yang telah berlangsung selama kurang lebih sembilan bulan ini.
Nantinya, WHO akan segera memutuskan ihwal status kedaruratan kesehatan yang menjadi perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) dapat diterapkan atau tidak. [**]