Metroterkini.com - Penyelenggaraan kejuaraan Dayung Bupati Cup dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun (HUT) Kabupaten Toba ke–21 menuai keluhan. Pasalnya kegiatan olah raga air yang dilaksanakan di Desa Siregar Aek Na Las Kecamatan Uluan disinyalir tidak sesuai SOP atau tatacara yang semestinya diterapkan dalam melaksanakan sebuah event tingkat Kabupaten.
Tak hanya itu, event kejuaraan Dayung yang memperebutkan Piala Bupati ini dirangkai dengan acara lomba memasak ibu-ibu PKK, dimana selanjutnya produk masakan yang diperlombakan di lelang kepada para pengunjung yang berada dilokasi.
A.Tambunan seorang peserta lomba dayung kepada awak media belum lama ini mengaku bingung dengan mekanisme peyelenggaraan lomba dayung dilaksanakan Panitia. Menurut nya acara yang digelar oleh Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (Podsi) Kabupaten Toba itu berbeda dengan event-event yang terselenggara sebelum nya.
“Aku heran lae, dengan acara lomba dayung yang belakangan ini dilaksanakan. Judul nya Bupati Cup, tapi masa seperti itu situasinya. Juara yang diambil hanya sampai pada juara harapan 5, peserta yang gagal meraih juara justru tidak mendapat dana Transpot dan dana pembinaan. Padahal di acara sebelum-sebelum nya, peserta yang tak mendapat juara beroleh penghargaan dalam bentuk dana transport dan dana pembinaan sebagai wujud perhatian panitia penyelenggara kepada peserta yang turut menyemarakan kegiatan tersebut,” katanya.
Lanjut Tambunan,”kami sempat dijemur beberapa jam di garis start, yang mana awal nya perlombaan hendak dimulai. Namun oleh karena proses lelang hasil masakan ibu-ibu PKK digelar, mendadak pluit pertanda perlombaan dimulai terpaksa tertunda sekian jam” keluhnya.
Salah satu peserta lainnya, S. Hutagaol juga mengamini apa yang disampaikan oleh teman nya A. Tambunan. Menurutnya, kegiatan lomba dayung itu sepertinya tidak dengan persiapan yang dianjurkan dalam tata cara pelaksanaan event untuk tingkat kabupaten, secara khusus event kejuaraan dayung Bupati Cup. Dirinya juga merasa aneh dengan melekatnya kegiatan masak-memasak ditengah-tengah acara lomba dayung yang dilaksanakan. Mirisnya lagi, konsumsi yang disajikan panitia tidak menyembuhkan rasa lapar para peserta.
“Betul yang dibilang si lae ini. Bingungnya kita, tidak ada petugas medis di kegiatan itu. Sebab, kami para peserta tidak melewati cek kesehatan sebelum melakukan lomba. Seyogiyanya itu selalu dilakukan dalam acara-acara perlombaan olah raga apapun, termasuk dayung. Amatan saya, acara itu kurang semarak dan ramai penonton. Sehingga tidak ada gerget nya. Makan pun sekedar pelepas lapar (nasi setengah tapak). Padahal ini termasuk kegiatan tingkat Kabupaten,” ujar Hutagaol dengan raut kesal.
"Kami cukup kecewa dengan acara itu. Kami tidak percaya jika acara yang berlebel Bupati Cup bisa seperti itu keadaan nya. Harapan kita, untuk kesempatan yang akan datang tidak ada lagi seperti itu,” tambahnya mengakhiri.
Menindak lanjuti informasi serta keluhan peserta lomba dayung ini, Kepala Bidang Pemuda dan Olah raga (Pora), Simarmata yang ditemui dikantornya mengaku tidak tahu-menahu secara teknis kegiatan tersebut ,mengingat poksi mereka adalah monitoring. Dijelaskan lagi bahwa kepanitiaan Lomba dayung tradisional hanya sebatas memeriahkan HUT Toba. Soal mengatasnamakan Bupati Cup, menurut nya permohonan panitia disampaikan lisan, dan diapresiasi sepanjang dinilai positif.
Disinggung soal penganggaran, Simarmata menjelaskan bahwa anggaran untuk kegiatan tersebut diperoleh panitia dari KONI, melalui dana hibah yang telah disalurkan. Disebutkan, dana hibah untuk KONI tahun ini (2020) lebih besar dibanding tahun sebelumnya,yakni Rp. 800 juta. Terkait adanya kegiatan masak-memasak Ibu-ibu PKK, staff bidang Pora yang ditugaskan memonioring kegitan tersebut membenarkan adanya kegiatan dimaksud.
“Panitia atau Podsi mengusulkan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan itu. Selanjutnya, KONI mencairkan dana tersebut. Masalah aturan main kepanitian dan tidak adanya dana transportasi dan pembinaan, baiknya kita sama-sama tanyakan kepada yang bersangkutan. Sebab ini masukan atau informasi yang bagus bagi kami. Terima kasih info nya” katanya.
Flores Manurung Ketua Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (Podsi) Kabupaten Tobasa, sekaligus ketua panitia Lomba Dayung Tradisional ketika dikonfirmasi melalui selular Jumat,(20/3/2020) mengakui tidak adanya dana transport dan pembinaan kepada peserta. Dikatakannya, hal itu disebabkan minim nya anggaran dalam mendukung kelancaran Lomba dayung yang diselenggarakan nya. Bahkan diakui, dirinya terpaksa mengupayakan tambahan dana, dengan mencari bantuan dan sumbangan pihak ketiga.
“Memang dana transport dan pembinaan kita tiadakan. Prinsip nya, siapa yang mau iku, silahkan mendaftar. Bagaimana bisa kami memperbuat itu, sementara dana yang dimamfaatkan pun dari hasil jerih payah nya. Sebab yang diberikan KONI hanya sebesar Rp.45 juta. Untuk menambah ini, kami terpaksa mencari sumbangan dan bantuan dari pihak ketiga,” ujarnya.
Sebagaimana yang tertera dalam brosur, bahwa kegiatan lomba dayung Tradisional ini merupakan ajang seleksi atlet dayung Kabupaten Toba, dengan kategori ialah Sweep Ganda 250 meter dan Sweep Tunggal 250 meter. Syarat usia peserta yakni, 16 sampai dengan 40 tahun, dengan memperebutkan Tropi, piagam dan Uang. [Firman]