Prof Samsul Nizar: Persatuan Syarat Utama Indonesia Maju

Prof Samsul Nizar: Persatuan Syarat Utama Indonesia Maju
Metroterkini.com - Kapolres Bengkalis AKBP Sigit Adiwuryanto membuka fokus gruop Discussion (FGD) yang digelar disalah satu hotel di Kota Bengkalis, Selasa (26/11/19).
 
FGD kali ini mengusung tema " Menjalin Persatuan dan Kesatuan Bangsa untuk Mewudkan Indonesia Maju", itu menghadirkan tiga narasumber dari akademisi, Kepala Kesbangpol dan Kemenag.
 
Menurut Abdul Hamid dari Kemenag Bengkalis, Pendudukan Kabupaten Bengkalis terdiri dari berbagai penganut agama, seperti Islam, Budha, Kristen, Konghucu, Hindu. Dan selama ini tidak ada gesekan, karena toleransi warga yang tinggi.
 
"Kedepan di kelurahan Kota Bengkalis akan dibangun kampung kerukunan beragama. Tujuannya untuk mengkatkan pesatuan dan kesatuan", kata Drs. H. Abdul Hamid dihadapan ratusan peserta yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, tokoh masyarak.
 
Sementara itu, Prof Samsul Nizar (Guru Besar & Ketua STAIN Bengkalis) menyampaikan, Persatuan dan kesatuan syarat utama menuju Indonesia Maju.
 
Menurutnya, persatuan merupakan aktivitas membangun kerjasama dan saling melengkapi guna mencapai tujuan. Eksistensinya bersifat aktif pada tujuan positif sesuai agama, budaya dan cita-cita bangsa.
 
Konsep persatuan yang dirumuskan dalam Pancasila merupakan ijtihad para funding father negeri ini. Sesungguhnya, mereka adalah para ulama yang tak diragukan keulamaannya.
 
Bangunannya merujuk pada konsep ukhuwah (persaudaraan). Persatuan yang dibangun dalam bingkai ukhuwah akan melahirkan kesatuan. Konsep ini dapat terlihat pada QS. al-Hujurat : 13. Kuncinya dapat dilihat pada ujung ayat dengan kata ta'aruf. Maknanya bukan sebatas saling kenal mengenal, tapi justru "saling memahami" (toleransi) yang melahirkan ke'arifan dalam seluruh aspek.
 
Bagai sebatang tubuh, bila tujuan hidup ingin memperoleh kemajuan, maka seluruh organ tubuh harus bersatu melakukan aktivitas menuju kemajuan totatiltas. 
 
Organ tubuh di samping melakukan tugas dan fungsinya, ianya juga membantu organ lain bila diperlukan. Tak ada satu pun organ tubuh meninggalkan organ yang lain, apatah lagi sampai saling "menghancurkan".
 
Dengan persatuan dan sinergi seluruh organ tubuh, manusia memperoleh kemajuan hidup dan mampu membangun peradaban yang demikian dinamis (maju).
 
Persatuan dan kesatuan terbangun oleh mentalitas yang berperadaban. Meski ada perbedaan, namun ianya tunduk pada kesepakatan mayoritas tanpa mengecilkan pandangan yang hadir dalam kapasitan minoritas.
 
Mayoritas tak merasa pongah karena ideologinya diterima, sementara minoritas tak pula merasa kalah. Perbedaan bagai bumbu masakan. Semua saling melengkapi untuk terciptanya masakan yang lezat, tanpa pernah merasa yang paling berjasa.
 
Persatuan dan kesatuan bangsa perlu rawat. Dalam konteks modern, merawat persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain : Pertama, menelusuri dan memahami sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ruh persatuan yang diperlihatkannya menjadi cermin untuk dipertahankan. 
 
Kedua, bijak dalam menerima, memilih, dan memilah informasi (dalam berbagai variasinya) yang diterima. Carilah informasi dari sumber yang valid dan mengerti atas info yang diterima. Jangan tertipu dengan retorika dan asesoris informan yang acapkali tampil memukau dengan dalil kejahilan yang dikemas rapi. 
 
Ketiga, mendahulukan kebenaran universal ketimbang kebenaran sekterian. Untuk itu, informan perlu diambil lintas sekte, lintas mazhab agar tak jadi bagai "katak di bawah tempurung". Bila info diperoleh dari sumber eksklusif, maka kebenaran menjadi tunggal hanya milik sektenya dan menjadikan komunitas di luar menjadi musuh. Padahal, kebenaran perlu dilihat secara konprehensif. 
 
Keempat, mewaspadai dan menindak tegas munculnya idiologi yang merusak persatuan bangsa. Eksistensinya bisa dalam wujud yang dipoles asesoris untuk menarik simpatik, menyembunyikan identitas bila terkepung dan acap kali menyatakan taubat atau menyebunyikan identitas (taqiyah), namun kembali bangun dalam keangkuhan bila peluang memungkinkan. Bahaya kelompok ini seringkali bersifat laten. Berbagai cara melemahkan dan memporak-porandakan persatuan bangsa dilakukan. Senjata media dan agama selalu menjadi pilihan. Pencucian pikiran generasi muda menjadi strategi merusak tatanan persatuan jangka panjang.
 
Kebenaran sekterian memang diperlukan. 
 
Namun, kebenaran sekterian hanya untuk diamalkan secara personal atau terbatas pada kelompok tertentu saja, selama tidak menganggu persatuan.
 
Sementara itu, Kasat Binmas Polres Bengkalis, Iptu Ismanto dalam wejangannya mengingatkan masyarakat agar jangan muncul intoleran. Kendati negara kita bukan negara Islam, tapi memang mayoritas Islam.
 
Dia mencontohkan negara kecil Mongolia yang dipimpin Jangis Khan berhasil memecah belah negara tetangganya yang besar dengan cara berkirim surat yang isinya menciptakan intoleransi.
 
Dalam suratnya, Jengis Khan mengiming-imimgi kekuasaan kepada kerajaan tetangga asal mau memerangi negara (kelompok) sesuai isi surat yang dikirim Jengis Khan. Perpecahan yang diciptakannya sebagai upaya untuk menguasai negara tersebut. (Rudi)
 

Berita Lainnya

Index