Metroterkini.com - Malang nian nasib Marjuna alias Mar (23) dan kakaknya Syafarudin alias Syaf (29), yang tinggal di Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis, sejak beberapa hari lalu keduanya terpaksa dirantai dalam rumah. Karena khawatir, Mar dan Syaf yang mengalami penyakit gangguan kejiwaan mengamuk dan menyerang warga.
Mar dirantai di ruang tengah rumah kayu milik Iswandi yang masih kerabatnya. Dengan tangan kanan diborgol dan lobang borgol tersambung ke rantai sepanjang sekitar 30 cm, lelaki berparas tampan itu makan dan tidur. Sementara kedua kaki dan tangan kirinya bebas.
Dalam kondisi dirantai, Mar yang mengenakan baju kemeja dan kain sarung itu pernah mengamuk, sasarannya dinding rumah Miswandi. Akibat terjangannya, dinding rumah itu pun cebol. Namun, kadang kalah dia hanya meracau (berkata-kata sendiri).
Sedangkan Syaf sang kakak dirantai di rumah Ahmad Jusni yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah Iswandi.
Kepala Desa Pedekik, Jansuar Hamzah di kantornya kepada metroterkini.com, Senin (14/1/19) siang tadi mengatakan, baik Marjuna maupun Syafarudin terpaksa dirantai untuk mengindari hal-hal yang tidak diingini.
Menurut Jansuar, kendati Mar dan Syaf tinggal di Desa Pedekik tepatnya di RT 10, RW 05, namun keduanya bukan warga Pedekik. Keduanya merupakan warga Desa Pelanduk, Kabupaten Indragiri Hilir yang berkunjung ke rumah keluarganya di Pedekik.
Masih menurut Jansuar, kendati bukan warganya, dia tetap berusaha melayani keduanya dengan menghubungi Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis untuk membawa keduanya ke Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru.
Sedangkan terkait biaya membawa keduanya ke RS Jiwa Pekanbaru, ungkap Jansuar, sebesar Rp2 juta. Untuk sementara ditalangi dengan dana desa. Ini dilakukan karena pihak Dinas Sosial mengaku belum memiliki anggaran untuk itu.
"Pihak Dinas Sosial mengatakan belum ada anggaran. Makanya kita talangi dahulu, nanti diganti oleh Dinas Sosial," kata Jansuar.
Kendati bukan warga desanya, Jansuar tetap memberikan bantuan kesehatan masing-masing sebesar Rp500 ribu untuk kakak keradik itu. Dana bantuan kesehatan untuk warga yang sakit tersebut memang sudah dipos dalam anggaran dana desa Pedekik.
Selain itu, kami dari desa juga menyantuni keduanya dengan anggaran kesehatan sebesar Rp500 ribu perorang. Jadi total anggaran yang kami keluarga Rp3 juta," ujarnya.
Sementara itu, Ketua RT 10, RW 05, Syamsul Bahari mengatakan, Mar datang ke Pedekik menemui familinya bernama Miswandi. Selama bergaul dengan masyarakat, Mar terlihat biasa-biasa saja. Bahkan dia termasuk anak yang rajin sholat dan tepat waktu.
Namun, pada 19 Desember lalu, Mar memperlihat kebiasaan yang tidak lazim. Dia mulai berbicara sendiri. Karena betingkah aneh, Miswandi dibantu warga mencoba mengobati Mar ke orang pintar. Namun, kondisinya tak kunjung membaik. Malah semakin parah.
Kondisi yang dialami Mar itu kemudian dikabari kepada Syaf yang bekerja di kebun sawit milik warga di Kabupaten Siak.
Syaf kemudian datang melihat adiknya di Pedekik. Kendati belum ada kemajuan, Miswandi dan Syamsul Bahari dan Syaf terus mengupayakan mengobati Mar.
"Orang pintar itu menyarankan agar Mar di obat medis (diwabah ke rumah sakit)," kata Syamsul.
Namun, disaat Mar menjalani ritual pengobatan, Syaf yang ikut hadir justru terjangkit.
Diungkapkan Syamsul, awalnya pandangan Syaf seperti kosong. Ternyata berawal dari kejadian itu, penyakit serupa menjangkiti Syaf.
"Ketika kami mengobati Mar, pandangan Syaf seperti kosong (menerawang), ternyata pada tahun baru kemarin, dia pun mengalami gangguan kejiwaan," ujarnya.
Melihat kondisi kedua saudaranya mengalami gangguan kejiwaan, Miswandi dan Syamsul berembuk dengan Kepala Desa. Pihak desa kemudian mendatangi Dinas Sosial agar keduanya mendapat layanan kesehatan Rumah Sakit Jiwa di Pekanbaru.
Kendati Pemerintah Desa dan Pemda (Dinas Sosial) sudah setuju membawa keduanya ke RS Jiwa. Ternyata, masalah belum selesai. Pasalnya, baik Mar dan Syaf tidak memiliki kartu tanda penduduk dan dokumen apapu.
Menurut Syamsul, dirantai keduanya membuang KTP dan dokumen lainnya entah kemana.
Karena tidak memiliki kartu identitas akhirnya baik Mar maupun Syaf dibawa berobat ke RS Jiwa dengan status Mr X.
"Karena tak punya KTP akhirnya keduanya Mr X," jelas Syamsul.
Saat metroterkini.com menyambangi rumah Miswandi dimana Mar diinapkan menjelang dibawa ke Pekanbaru, langsung disambut Mar layaknya orang waras.
Namun, sesaat kemudian tatapan matanya tajam dan sekali dia memukul lantai sembari meracau.
Kendati kadang-kadang terlihat beringas, namun Mar masih mau mendengar nasehat orang-orang sekitar yang mengenalnya.
"Kadang seperti itu (memukul lantai), tapi kalau kita nasehati agar tidak melakukan itu (memukul lantai), dia menurut," kata salah seorang warga yang mendampingi metroterkini.com.
Ditambahkan Syamsul, Selasa siang Mar dan Syaf akan diantar warga dan Dinas Sosial Kabupaten Bengkalis ke Rumah Sakit Jiwa di Pekanbaru. [rdi]