Pisang Tandan 3 Hebohkan Warga Tanjung Punak

Pisang Tandan 3 Hebohkan Warga Tanjung Punak

Metroterkini.com  - Fenomena alam terjadi di Desa Tanjung Punak, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau. Fenomena alam itu terdapat pada tanaman pisang milik Abu Bakar bin Ja'amat di RT 02 RW 01 Dusun Suka Jadi, Desa Tanjung Punak. Jika pada umumnya pisang berbuah satu tandan. Namun tidak demikian dengan pisang milik Abu Bakar bin Ja'amat. Pisang yang tumbuh di kebun dekat rumahnya itu berbuah tiga tandan.

Karena tergolong aneh, puluhan warga mendatangi rumah Ja'amat di RT 02 RW 01 Dusun Suka Jadi, Desa Tanjung Punak Kecamatan Rupat Utara, hanya untuk melihat pisang tersebut.

Menurut informasi, awalnya, pisang itu hanya berbuah satu tandan, namun jarak beberapa hari keluar lagi tandan kedua dan beberapa hari kemudian keluar lagi tandan ketiga dari pohon pisang yang sama.

Dari tiga tanda itu, dua tandan perkkembangan buahnya normal sebagai mana pisang biasanya. Sedangkan pada tandan ketiga buahnya lebih kecil.

"Tak ade alamat atau petande apepon, cume teghase aneh. Usie pisang ini lebih kurang tige bulan," kata Abu Bakar bin Ja'amat (45) dalam dialek Melayu Rupat kepada wartawan, Rabu (11/4/2018).

Sementara itu, H. Abdullah seorang tokoh masyarakat Rupat, mengatakan, dari bentuknya, pisang bertandan tiga tadi adalah pisang nangka.

"Ini aneh dalam pandangan kami. Mungkin ini petunjuk dari Allah SWT, kita tidak tahu apa intisari dari kejadian ini semua. Mungkin hikmah yang diberikan olehNya kepada orang yang bersangkutan (pemilik pohon pisang) juga kepada kita semua," tutur Abdullah.

Abdullah menyebutkan, sekitar tahun 60an tak jauh dari pohon pisang bertandan tiga itu tumbuh ada makam keramat. Mereka menyebutnya makam "Keramat Aceh" Kendati demikian, ungkap Abdullah, di lokasi itu tidak ditemukan makam.

"Hanya perkiraan masyarakat saja, sementara kuburannya tidak ada. Jarak antara pohon pisang tadi ke lokasi keramat ini lebih kurang 50 meter," kata Abdullah.

Sebagai tempat keramat, lokasi Keramat Aceh sering dijadikan masyarakat tempat membayar nazar dengan membawa pisang.

"Sekarang kebiasaan itu tidak ada lagi," ungkap Abdullah.

Untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, tambah Abdullah, pemilik dan masyarakt sepakat membiarkan buah pisang tersebut masak dibatang.

"Kita menunggu sampai pisang-pisang tadi masak, apakah akan ada pertanda kejadian aneh, kami belum tahun," pungkasny. [rdi]

Berita Lainnya

Index