Trump Tuntut Mantan Ajudan terkait Buku

Trump Tuntut Mantan Ajudan terkait Buku

Metroterkini.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump lewat pengacaranya mengatakan akan mencoba menyetop publikasi buku "Fire and Fury: Inside the Trump White House". Ia juga mengancam akan memperkarakan Steve Bannon, mantan ajudan Trump, atas komentarnya di dalam buku yang dianggap fitnah.

Buku yang ditulis oleh Michael Wolff itu dijadwalkan terbit pada Selasa pekan depan, namun dipercepat ke Jumat (5/1) pagi waktu setempat. Isinya, menggambarkan bahwa Trump sebenarnya tak ingin menang pemilu AS 2016 dan tidak siap untuk jabatan presiden. 

Mengutip Bannon, buku Wolff juga menyebut Trump tak stabil secara mental dan tak punya kemampuan [untuk menjadi presiden].


"Buku Anda yang berisi pernyataan palsu dan tak berdasar soal Trump menimbulkan, antara lain, pembunuhan karakter karena fitnah, pelanggaran ringan terhadap privasi, campur tangan terhadap relasi kontrak, dan bujukan pelanggaran kontrak," kata pengacara Trump dalam surat kepada Wolff, dilaporkan.
Lihat juga: Trump Dukung Demo, Iran Sebut AS Ikut Campur Urusan Domestik
Bannon juga menuding putra sulung Trump, Donald Trump Jr, melakukan kontak dengan pengacara yang terkoneksi dengan Kremlin, dan menyebut putri Trump, Ivanka, "sangat tolol". Ivanka disebut-sebut ingin menjadi presiden AS, mengikuti jejak ayahnya, suatu hari nanti.

Pada Juni 2016, berdasar komentar Bannon dalam buku, terdapat pertemuan dengan sekelompok orang Rusia di Trump Tower di New York. Ia menyebut pertemuan itu "pengkhianatan" dan "tidak patriotik". Pertemuan itu berlangsung setelah Rusia bersumpah akan merusak informasi soal kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Don Jr, menantu Trump Jared Kushner dan manajer kampanye Trump Paul Manafort disebut hadir dalam pertemuan. 
Lihat juga: Menantu Trump Serahkan Dokumen Terkait Intervensi Rusia
Namun tak hanya Bannon yang dikutip oleh Wolff. Ada pula sederet ajudan lain yang menyebut hal negatif soal Trump.

Ada Steve Mnuchin dan Reince Priebus yang menyebut Trump "idiot". Gary Cohn menyebut Trump "sangat bodoh", dan H.R McMaster menyebutnya "si tolol".

Pihak penerbit buku, Henry Colt & Co, dalam pernyataan yang dikutip Reuters mengatakan mereka sudah menerima surat dari pengacara Trump, namun mereka tetap akan menerbitkan buku.

Pengacara Trump juga menyurati Bannon pekan ini, untuk memintanya tidak memgumbar informasi rahasia. Bannon disebut sudah melakukan pelanggaran terhadap kontrak dengan berkomunikasi dengan Wolff soal Trump, keluarganya dan kampanye (presiden), dan membuat pernyataan meremehkan serta memfitnah mereka.

Meski begitu, Brannon tak banyak bereaksi setelah buku yang belum terbit ini menjadi kontroversi. Dalam wawancara dengan Breibart News, Bannon menyebut Trump "pria yang hebat" dan berjanji untuk terus mendukung agenda Presiden Trump.

Dilansir CNN, "Ia menyebut saya pria yang hebat tadi malam jadi ia jelas mengubah pendiriannya dengan cepat," kata Trump kepada reporter pada Kamis (4/1). "Saya tidak berbicara kepadanya. Itu salah."

Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putin Sarah Sanders mengatakan bahwa buku Wolff "sampah" yang dibuat oleh "penulis yang tak pernah terdengar namanya hingga hari ini."

Pada Kamis, Gedung Putih juga mengatakan melarang gawai pribadi, termasuk telepon seluler, di Sayap Barat Gedung Putih mulai pekan depan karena alasan keamanan. 

Sebelumnya, ketika masih bekerja sama, Bannon disebut membantu Trump untuk menjadi sosok populis dengan pesan anti-kemapanan. Ia juga yang menyambungkan Trump dengan kelompok konservatif garis keras yang mendukung Trump dalam pemilu.

Namun hubungan mereka berakhir, setelah adanya penyelidikan soal dugaan bahwa tim kampanye Trump berkolusi dengan Rusia untuk membantunya menang pemilu AS.[*]
 

Berita Lainnya

Index