Metroterkini.com - Badan Metereologi, Kelimatologi dan Geofisika menganalisis gempa tektonik dangkal berkekuatan 7,3 skala richter yang melanda perbatasan negara Irak dan Iran pada Minggu, 12 November 2017, ditengarai oleh adanya tumbukan Lempeng Arab dengan Lempeng Eurasia di jalur lipatan dan sesar naik Zagros.
Gempa itu termasuk dalam kategori dahsyat dan bisa sampai mengangkat sebagian zona Pegunungan Zagros sehingga jalur pengunungan ini secara relatif akan bertambah tinggi dan menjadi kawasan aktif gempa bumi.
"Karakteristik gempa semacam ini bersifat destruktif. Ini karena medan tegangan yang terakumulasi di batas lempeng menjadi sangat besar," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono dalam siaran persnya, Selasa, 14 November 2017.
Daryono menyebut, ditinjau dari sumber gempanya, ada kemiripan pola sumber gempa di perbatasan Iran-Irak itu dengan gempa Nepal 2015 yang berkekuatan 7,8. Keduanya sama-sama gempa dahsyat produk tumbukan lempeng di daratan.
Sementara untuk di wilayah Indonesia, zona sumber gempa jalur sesar naik (thrust and belt) seperti yang terjadi di Iran dan Irak atau Nepal, dapat ditemukan di Papua, yaitu Mamberamo Thrust and Belt dan Jayawijaya Main Thrust and Belt.
Tektonik Papua dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat dan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara. Tumbukan tersebut membentuk tatanan struktur kompleks, sehingga tak heran jika di Papua memiliki potensi gempa darat berkekuatan besar.
Catatan sejarah gempa membuktikan di Papua beberapa kali terjadi gempa dahsyat pada tahun 1900 (7.8), 1914 (7.9), 1916 (8.1), 1926 (M7.9), dan 1971 (8.1).
"Kami mengingatkan kembali, bahwa seluruh zona sesar aktif di wilayah Indonesia merupakan ancaman nyata bagi masyarakat yang bermukim di wilayah dekat jalur sesar. Sehingga seluruh jalur sesar aktif di wilayah Indonesia patut untuk selalu diwaspadai," katanya dilansir viva. [*]