Lima Pedang Penting Dalam Sejarah Peradaban Dunia

Lima Pedang Penting Dalam Sejarah Peradaban Dunia

Metroterkini.com - Pedang diciptakan pertama kalinya pada Zaman Perunggu. Peninggalan pedang berbahan tembaga itu ditemukan di situs purbakala di Pakistan.

Menjelang Abad Pertengahan, pedang besi dan baja diproduksi secara massal dan dipergunakan dalam peperangan. Prajurit dilatih ketrampilan berpedang agar siap dalam pertempuran

Pada masa itu, jenderal kerajaan, raja, dan kaisar memiliki pedang pribadi yang dibuat oleh pembuat pedang terbaik.

Ada banyak manuskrip bersejarah seputar pedang-pedang yang penting. Diringkas dari toptenz.net pada Sabtu (2/9/2017), berikut ini adalah 5 pedang milik penting dan sejarahnya:

Tomoyuki Yamashita adalah seorang jenderal Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II. Si "Macan Malaya" menjadi terkenal setelah menduduki Malaya dan Singapura yang dulu masih menjadi koloni Inggris.

Seusai perang, Yamashita diadili terkait kejahatan perang terkait Pembantaian Manila dan sejumlah kejahatan lain di Filipina dan Singapura.

Pengadilan kontroversial berujung kepada hukuman mati bagi Yamashita.

Kasus itu mengubah aturan di Amerika Serikat (AS) tentang tanggung jawab kejahatan perang, sehingga melahirkan hukum yang disebut dengan Yamashita Standard.

Selama karier militer, Yamashita memiliki pedang pribadi yang dibuat oleh pembuat pedang terkenal Fujiwara Kanenaga antara 1640 dan 1680. Gagangnya dibuat ulang pada 1900-an.

Pada 2 September 1945, pedang Samurai dan pasukannya diserahkan oleh Yamashita kepada pihak AS. Pedang itu dibawa oleh Jenderal MacArthur dan disumbangkan kepada West Point Military Museum yang menjadi tempatnya hingga sekarang.

Dinasti Baekje adalah kerajaan purba yang berkedudukan di Korea barat daya. Saat puncak kejayaannya di Abad ke-4, Baekje menguasai koloni di China dan hampir semua Semenanjung Korea.

Bersama dengan Goguryeo dan Silla, Baekje merupakan salah satu dari Tiga Kerajaan Korea.

Pada 382, Raja Geungchogo menyampaikan upeti kepada Jin Timur dan Pedang Bermata Tujuh diduga diciptakan sebagai hadiah bagi raja.

Senjata itu memiliki panjang 74,9 sentimeter dengan 6 cabang sepanjang badan utama dengan panjang 65,5 sentimeter. Pedang itu dibuat untuk keperluan upacara, bukan untuk berperang.

Pada 1870, bhiku Shinto bernama Masamoto Kan menemukan 2 ukiran pada Pedang Bermata Tujuh. Salah satunya bertuliskan "Pada siang hari di hari ke-16 bulan ke-7 tahun ke-4 masa Taiwa, pedang itu dibuat dari baja yang diperkuat 100 kali. Penggunaan pedang ini menepis 100 pasukan musuh. Layak untuk raja yang sopan."

Ada banyak pernyataan tertera pada pedang itu. Yang paling kontroversial adalah penyebutan Raja Wa yang tunduk kepada penguasa Baekje.

Pedang itu menjadi kaitan penting bersejarah yang menunjukkan kaitan-kaitan antara negara-negara Asia Timur pada masanya. Senjata unik itu sekarang disimpan dalam Kuil Isonokami di Prefektur Nara, Jepang, dan tidak dipamerkan untuk umum.

Pada 1799, Napoleon Bonaparte menjadi pimpinan militer dan politik Prancis melalui kudeta. Lima tahun kemudian, senat Prancis mengangkatnya menjadi Kaisar Prancis.

Selama dekade awal Abad ke-19, Napoleon dan Kekaisaran Prancis terlibat dalam perang dan konflik dengan semua kekuatan utama Eropa. Kemenangan demi kemenangan memberikan posisi dominan Prancis atas benua Eropa.

Seperti perulangan sejarah, pada 1812, Prancis mulai melakukan invasi ke Rusia dan keputusan itu menjadi titik balik bagi Napoleon.

Pada 1814, Koalisi ke-6 menyerbu Prancis. Napoleon ditangkap dan dibuang ke pulau Elba. Ia berhasil kabur, tapi akhirnya meninggal dalam penjara di pulau Saint Helena.

Para ahli sejarah memandang Napoleon sebagai seorang jenius dalam bidang militer dan memberi kontribusi penting pada seni peperangan.

Di medan tempur, Napoleon membawa sepucuk pistol dan sebilah perang. Ia memiliki banyak senjata dan artileri. Senjatanya tiada duanya dan menggunakan bahan-bahan terbaik.

Pada musim panas 2007, sebilah pedang bertatahkan emas yang pernah menjadi milik Napoleon dilelang di Prancis dengan nilai US$ 6,4 juta. Pedang itu pernah dipakai dalam pertempuran.

Di awal 1800-an, Napoleon menghadiahkan senjata itu kepada saudara lelakinya sebagai hadiah pernikahan.

Pedang itu kemudian diteruskan turun-temurun dan tidak pernah lepas dari keluarga Bonaparte hingga akhirnya dinyatakan sebagai harta milik bangsa Prancis pada 1978. [**]
 

Berita Lainnya

Index