Metroterkini.com - Tepat sebelum turun dari takhta pada Januari lalu, pemerintahan Barack Obama dilaporkan mengirimkan bantuan penanggulangan banjir untuk Korea Utara senilai US$1 juta, setara Rp13,3 miliar, melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ini merupakan kali kedua Obama mengucurkan dana bantuan bagi Korut, setelah pada 2011 lalu AS merogoh kocek hingga US$900 ribu untuk membantu Pyongyang melalui organisasi-organisasi independen.
Kedua bantuan pada masa Obama ini menambah panjang daftar kucuran dana AS bagi negara yang sangat terisolasi tersebut. Terhitung sejak 1995 sampai 2008, AS mengirimkan dana bantuan tanpa syarat senilai US$1,3 miliar.
Sebagaimana dilansir CNNIndonesia, dana bantuan kemanusiaan seperti ini memang tidak dilarang dalam sanksi PBB.
Jalur ini pun dimanfaatkan oleh Korut untuk menyerap bantuan asing di tengah sanksi PBB yang membuat perekonomian negaranya kian terpuruk.
Sung-Yoon Lee, seorang guru besar studi Korea dari Universitas Tufts, Amerika Serikat, mengatakan bahwa Korut kerap melontarkan ancaman terkait program nuklir mereka demi mendapatkan bantuan dari negara asing.
"Mengekspor ketakutan sudah terbukti menjadi cara Korut untuk mendapatkan bantuan," tutur Lee kepada CNBC, sebagaimana dikutip Asiaone.
Ia kemudian membeberkan, selama dua dekade belakangan Korut sudah menerima bantuan senilai US$20 miliar dalam bentuk uang tunai, makanan, bahan bakar, juga obat-obatan dari Amerika Serikat, Jepang, China, dan Korea Selatan.
Obama Dua Kali Kucurkan Belasan Miliar untuk Bantu KorutAncaman Rudal, Tipu Daya Korut untuk Dapat Bantuan. Menurut Lee, Korut bisa mendapatkan bantuan sebesar itu berkat "janji-janji palsu mengenai penghentian program nuklir."
Selama ini, Pyongyang terus berjanji akan menghentikan program nuklirnya. Pada 2007, negara itu sepakat untuk menutup semua fasilitas nuklirnya dengan timbal balik bantuan ekonomi dan bahan bakar minyak.
Belakangan, rezim Kim kembali menyatakan akan menghentikan uji coba rudal dan nuklir jika AS menangguhkan latihan gabungan militer dengan Korsel.
Kini, kata Lee, Korut juga memainkan strategi yang sama apalagi Korsel sekarang dipimpin oleh Presdien Moon Jae-in. Sejak kampanye, Moon berjanji akan memperkuat hubungan antar-Korea dan bantuan kemanusiaan.
Medio 1998-2007 saja, Korsel sudah menggelontorkan dana untuk Korut hingga senilai US$7 miliar dalam bentuk uang tunai, makanan, penyubur tanaman, hingga pasokan obat.
Pada 2013, Korsel menyetujui US$6 juta untuk membantu anak-anak Korut. Bulan lalu, Presiden Moon Jae-in bahkan menyatakan kesiapan Korsel mengucurkan dana US$6 juta untuk membantu Korut melaksanakan sensus penduduk.
Dari semua negara yang mengulurkan tangan, China termasuk salah satu pendonor terbesar bagi Korut. Sejak 2003, China sudah memberikan dana sekitar US$1-1,5 miliar.
China pun kerap membantu Korut di forum-forum internasional, termasuk PBB. Namun dalam resolusi terakhir, China mulai menyatakan dukungan kepada PBB dan menyetujui penjatuhan sanksi tambahan atas Pyongyang.
Meski demikian, Beijing diperkirakan akan tetap mendukung Korut karena kejatuhan rezim Kim Jong-un akan membawa petaka bagi China. AS akan semakin menguasai kawasan dan jutaan pengungsi bakal membanjiri China.[**]