Ombak Bono Masuk Kawasan Ekonomi Khusus Parawisata di Riau

Ombak Bono Masuk Kawasan Ekonomi Khusus Parawisata di Riau

Advertorial – Rencana Bupati Pelalawan HM. Harris untuk pengembangan lokasi wisata di Pelalawan sepertinya sejalan dengan usulan Menteri Pariwisata Arief Yahya telah mengusulkan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Provinsi Riau beberpa waktu lalu. Hal itu karena potensi pariwisata Riau merupakan salah wisata dengan ombak Bononya di aliran Sungai Kampar yang saat ini mampu jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan wancanegara.

Apalagi Bono itu mampu surfing tingkat dunia surfing dalam sungai, dengan pesona yang cuma ada 2 didunia ini, pertama disungai Amazon yang kedua di aliran hilir Sungai Kampar, Riau.

Rencana kawasan KEK Pariwisata Riau rencananya mulai dibangun di atas lahan seluas 600 hektar, KEK Pariwisata Riau ini mulai berkonsep ecotourism,  rencana seperti Danau Toba, ekoturisme digabungkan dengan bisnis. Ada wisata golf dan pasilitas lainnya.

Ditambah penginapan berbintang minimal empat mulai disiapkan di KEK Riau, KEK ini membuat Pariwisata Riau nantinya mulai menjadi kawasan eksklusif seperti Nusa Dua di Bali.

Rencana lahan yang mulai digunakan sebagai KEK Pariwisata berada di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Tempat tersebut berada di sekitar tempat Ombak Bono muncul merupakan dekat Sungai Kampar.

Secara aksesibilitas, Riau telah memiliki bandara yang mumpuni. Hal itu lantaran Bandara Sultan Syarif Kasim II sudah memiliki landasan pacu sepanjang 2.400 meter dan ditambah jalan yang aat ini telah diusulkan akan dibangun secepatnya.

Menurutnya, KEK Pariwisata Riau nantinya mulai menjadi KEK Pariwisata kelima di Indonesia. Sampai ketika ini, Indonesia sudah memiliki empat KEK Pariwisata yakni Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Danau Toba, dan Morotai.

Data Kementerian Pariwisata menyebutkan 27.810 wisatawan asing masuk ke Riau melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II. Sementara sepanjang tahun 2016, angka tersebut naik menjadi 32.810 atau tumbuh 17,98 persen.

Kini, Kementerian Pariwisata memberi target pada Provinsi Riau agar mendatangkan 60.000 wisatawan asing pada tahun 2017 ini. Pemerintah Provinsi Riau mengunggulkan tiga festival selama tahun 2017 agar bisa menarik minat wisatawan bagi berkunjung ke Riau.

Luar biasanya sejarah Bono juga menyimpan cerita dari masyarakat tempatan secara turun temurun, yang dikaitkan dengan mistis. Hitungan Bono itu muncul hingga puncaknya mengikuti hitungan bulan Arab. Tentu ada kaitannya dengan Islam dan juga identik dengan Budaya Melayu.

"Jadi Bono Teluk Meranti fenomena alam yang menakjubkan yang merupakan surganya para surfer mulai yang lokal, nasional dan bahkan surfer internasional," Ujar warga Teluk Meranti jaafar. 

Bono ini juga sebagai kalender pariwisata nasional sekaligus mendukung visi Riau 2020 dalam mewujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia Tenggara tahun 2020. Sebab saat ini Pemerintah Provinsi Riau memang sedang menggalakkan sektor wisata berbasis budaya.

Sementara itu, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menyebutkan, selain Bono, Riau juga punya potensi wisata seperti bakar tongkang, pacu jalur, tour de Siak dan Gema Muharram. “Atau wisata aliran sungai mulai dari Rokan Hulu hingga ke Hilir, sungai Kampar dan sungai Indragiri dari hulu hingga hilir yang sangat menakjubkan,” paparnya.

Dilanjutkan Gubri, ada tiga festival yang menonjol dikenal di Provinsi Riau yakni Festival Bekudo Bono, Bakar Tongkang, dan Pacu Jalur. Menurutnya, festival-festival tersebut diunggulkan dibandingkan festival-festival lainnya.

Terkait hal ini, Andi Yuliandri SKom, Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Pelalawan menyampaikan, selain menjadi ikon wisata Provinsi Riau, Bono Teluk Meranti juga telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Riau.

“Bukan tanpa alasan Bono Teluk Meranti Riau menjadi KEK Pariwisata karena HPL-nya seluas 600 hektar yang terdiri dari kawasan resort, hotel, permainan, hiburan, pengembangbiakan rusa dan lain sebagainya,” tutur Andi.

Ditambahkannya, dengan menjadi ikon wisata Riau dan KEK Pariwisata Riau, Kementerian Pariwisata RI berkomitmen untuk mempromosikan Bekudo Bono Teluk Meranti Pelalawan ke manca negara, sekaligus mencarikan investor untuk mengembangkan kawasan Bono Teluk Meranti.

“Ya, tentunya dalam pengembangan kawasan Bono ini kita menyamakan konsep dengan pusat. Untuk tahun 2017 ini untuk pembangunan infrastruktur jalan kawasan Bono telah dianggarkan sebesar Rp173 miliar. Dimana Rp100 miliar berasal dari APBN dan Rp73 miliar dari APBD Provinsi. Tentunya kedepannya kita berharap pengembangan Kawasan Bono Teluk Meranti terus dilakukan,” paparnya.

Ditegaskan Andi, tidak semua provinsi memiliki kawasan KEK Pariwisata dikarenakan banyak hal yang menjadi pertimbangan dan penilaian untuk menetapkan KEK Pariwisata di suatu daerah.

“Seperti Sumut ada Danau Toba, Bali Pantai Kuta dan Riau ada Bono Teluk Meranti Pelalawan karena salah satu pertimbangannya tadi HPL 600 hektar,” tegasnya. [Adv]

Berita Lainnya

Index