Debat Pilwako, Pasangan Petahana Dikeroyok 4 Paslon

Debat Pilwako, Pasangan Petahana Dikeroyok 4 Paslon

Metroterkini.com - Debat Publik Calon Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru yang digelar KPU di salah satu hotel berbintang, Sabtu (4/2/17) siang hingga sore, menjadi ajang "pembantaian" untuk pasangan calon (Paslon) nomor 3, Firdaus-Ayat Cahyadi.

Betapa tidak, Patahana Walikota ini "dikeroyok" beramai ramai oleh 4 paslon lainnya. Mulai dari isu pengelolaan sampah, pembangunan pasar Cik Puan, kesejahteraan guru hingga ke masalah pembangunan gedung baru perkantoran Walikota yang berada di Tenayan Raya.

Uniknya, meski pertanyaan bukan ditujukan untuk Paslon Firdaus-Ayat, tetapi tetap saja "muara" kepada Patahana yang diusung oleh koalisi partai Demokrat-PKS-Gerindra dan PPP versi kubu Djan Faridz ini.

Terlihat ketika kandidat Walikota nomor urut 2, Herman Nazar bertanya soal sampah kepada nomor urut 3, yang tak lain adalah Firdaus.

Nazar memaparkan semasa Walikota Herman Abdullah, kota Pekanbaru pernah menyandang "Kota Terkotor". Lalu di tahun 2003, Walikota Herman Abdullah menugaskan sebagai Kepala Badan Lingkungan Hidup sekaligus sebagai Koordianator Kebersihan Kota.

"Alhamdulillah, kami berhasil meraih Piala Adipura selama tujuh kali berturut turut. Namun terakhir ini atau sejak 2015, ada perubahan pengelolaan sampah. Apa yang salah dengan pengolaan yang lama?"

Menjawab "serangan" itu, calon Walikota Firdaus menerangkan perubahan pengolaan sampah mengacu kepada undang undang, yaitu Undang undang Otonomi Daerah dan Undang Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

"Salah satu isi undang undang itu, pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah harus bekerjasama dengan pihak ketiga. Kedua, di zaman Bapak itu tidak hanya menjadi tanggung jawab di Dinas Kebersihan dan Pertamanan, tetapi di tingkat Camat. Camat zaman dulu dengan yang sekarang itu berbeda,'' tegasnya.

Camat zaman dulu, imbuh Firdaus, hanya menjadi administrator. Camat zaman sekarang eksekutif menjadi perpanjangan tangan Walikota yang juga memiliki kewenangan.

"Di zaman Bapak dahulu, penghargaan Piala Adipura itu masih baru belajar. Yang dinilai itu sudah ditentukan dulu. Kalau sekarang, tidak. Penilaian ditambah lagi partisipasi masyarakat,'' jawabnya.

Ditegaskan Firdaus, di zaman pemerintahannya bersama Ayat Cahyadi, Pemko Pekanbaru juga sempat meraih 3 kali Piala Adipura. Cuma dua kali penghargaan supremasi Kota Terbersih yang lepas. [mer-rt]

Berita Lainnya

Index