Gaya Hidup Boros, Merupakan Tipu Daya Setan

Gaya Hidup Boros, Merupakan Tipu Daya Setan

Metroterkini.com - Gaya hidup boros adalah salah satu tipu daya setan yang membuat harta kita tidak efektif mengangkat derajat kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan menjebak dalam kubangan tipu daya. Allah swt sudah menegaskan, hidup boros itu adalah bagian dari perbuatan setan.

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al Isro’ (17): 26-27).

Dalam ayat yang lain juga disebutkan, prilaku hidup boros merupakan bagian dari sifat-sifat orang kafir.

”Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. (QS. Al-Waqiah: 41-45).

Ayat di atas menegaskan, Islam sebagai agama melarang keras kepada umatnya untuk menjalankan hidup secara berlebihan dan bermewah-mewahan. Bukan tanpa sebab larangan itu dikeluarkan agar umat Islam benar-benar menjauhi hidup secara berlebihan dan boros. Pola hidup boros dan bermewah-mewah akan menjerumuskan umat Islam kepada kemalasan, hidup santai. Pola hidup itu akan merusak aqidah dan mengikis rasa kepedulian sesama umat.

Di antara cermin kehidupan di jaman modern, hidup boros dan bermewah sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan.

Contohnya sebagian keluarga merubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut.

Contoh lain adalah berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut walaupun harus berutang.

Marilah kita hidup bersahaja, hidup sederhana. Rasulullah saw merupakan contoh yang wajib diikuti yang telah menjalankan hidup bersahaja dan dalam kesederhanaan. 

Di antara contoh hidup sederhana yang ditekankan Rasulullah adalah dalam kesederhanaan dalam masalah makanan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan, pada suatu saat Rasulullah berkata kepada Aisyah ra kepada keponakannya ‘Urwah. 

“Telah berlalu atas kami bulan baru, bulan baru, bulan baru (3 bulan) sementara tidak pernah menyala api di dapur rumah Nabi dan keluarganya, maka ditanyakan oleh ‘Urwah: Wahai bibinda maka dengan apa kalian makan? Dijawab : Dengan air dan kurma.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain juga disebutkan Umar ra: “Saya masuk ke dalam rumah Nabi saw, sedang ia bertelekan pada sebuah tikar kasar sehingga berbekas pada tubuhnya, maka aku melihat pada perabotannya hanya kulihat segenggam tepung sebanyak 1 sha’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dua hadis itu menyiratkan, Islam khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat Allah swt.

Allah memuji hamba-Nya yang bersikap sederhana dalam membelanjakan kekayaannya. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya  (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67)

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya: “orang yang bersikap demikian adalah orang yang tidak boros dalam memanfaatkan harta sampai berbelanja melebihi kebutuhan dan tidak pula kikir terhadap keluarganya sampai mengurangi hak-hak mereka dan tidak memberikan kecukupan bagi mereka. Dia berlaku adil, sederhana dan bertindak yang terbaik. Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan dan tidak berlebih-lebihan” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/325). 

Sikap pertengahan yang diperintahkan, adalah tidak kikir, tidak menahan, tidak berlebihan dan boros. Sikap terbaik dan seharusnya adalah pertengahan di antara semua sikap ekstrim di atas. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu belenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena hal itu memebuat kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isro’: 29)

Dalam hal praktiknya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Allah swt memerintahkan agar seseorang bersikap  sederhana di dalam kehidupannya, Dia mencela sikap kikir dan melarang sikap boros, yaitu tidak boleh bersikap pelit dan menahan harta dan tidak memberikannya kepada seorangpun. Demikian pula tidak boleh berlebihan dalam membelanjakan harta, sehingga melebihi kemampuan orang, dan pengeluarannya melebihi penghasilannya. Akibat sikap kikir, orang menjadi sasaran celaan, cercaan dan pengacuhan. Sedangkan sikap berlebihan mengulurkan bantuan di atas kemampuan dapat membangkrutkan orang sehingga tidak memiliki apa-apa lagi bahkan bisa terlilit hutang dan menjadi seperti hasir, yaitu sebuah hewan tunggangan yang tidak mampu lagi berjalan”. (Tafsir Ibnu Katsir: 3/36) 

Dalam Islam ada larangan hidup boros dan bermewah-mewahan sehingga harta terbuang sia-sia dan hanya tinggal sedikit didermakan. Orang yang boros dan hidup mewah disebut sebagai saudara setan. Bagaimana mungkin seseorang bisa dengan tenang hidup mewah dan berfoya-foya, sementara banyak orang kelaparan dan hidup dalam kekurangan?

Namun perilaku membelanjakan harta dan menginfakkannya dalam kebenaran, sebanyak apapun tidak termasuk dalam pemborosan. Mujahid berkata, “seandainya seorang menginfakkan seluruh hartanya dalam kebenaran maka dia bukan termasuk pemborosan, dan seandainya dia menginfakkan satu mud bukan pada tempatnya maka hal itu termasuk pemborosan” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/36).
 
Al-Quran menggunakan kata isrâf untuk menggambarkan segala yang melampui batas dalam pembelajaan harta. Demikian pula harta yang dibelanjakan bukan dalam ketaatan kepada Allah, termasuk bagian dari isrâf walaupun hanya sedikit. Perilaku boros bisa terjadi pada harta dan urusan lainnya, sehingga al-Quran memperingatkan dengan keras para pelakunya. Sikap boros sangat dibenci dan dilarang. Allah SWT memperingatkan hamba -Nya dari sikap boros dalam firman-yang artinya Nya: 

“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Arof: 31). Dilansir berbagai sumber, Rasulullah Saw. memberikan tuntunan kesederhanaan dalam konsumsi makanan dan belanja pakaian. Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya  RA bahwa Nabi bersabda, “Makan dan bersedeqahlah dan pakailah pakaian tanpa berlebihan dan sombong” Sunan Al-Nasa’I: 5/79 no: 558 diriwayatkn oleh Al-Bukhari secara ta’liq: 4/53 dan Dari Ibnu Abbas RA berkata: Makanlah sekehendakmu dan pakailah sekehendakmu, dua perkara yang membuatmu salah yaitu boros dan sombong”. (Shahih Bukhri: 4/53)

Tuntunan Rasulullah Saw. dalam membagi kapasitas perut adalah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafas. dari Miqdam bin Ma’di Yakrib RA bahwa Nabi bersabda, “…  cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika mesti dilakukan maka hendaklah dia meletakkan porsi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya”. [**]

Berita Lainnya

Index