Ratusan Siswa AS Ikut Berdemo Anti-Trump

Ratusan Siswa AS Ikut Berdemo Anti-Trump

Metroterkini.com - Ratusan siswa sekolah menengah atas di Amerika Serikat meninggalkan kelas dan memilih ikut turun ke jalan bersama para demonstran untuk menolak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Aksi unjuk rasa anti-Trump yang sudah berlangsung selama sepekan ini diperkirakan akan berlanjut pekan ini dan diikuti oleh semakin banyak warga, termasuk siswa dan mahasiswa. 

Samuel Kebede, 17, terlihat turut berdemonstrasi bersama ratusan siswa Montgomery Blair High School di Maryland pada Senin (14/11). Padahal, Kebede sendiri belum dapat memilih dalam pemilu tahun ini. 

"Saya ingin publik tahu bahwa meskipun kami masih bersekolah dan perlu banyak belajar, kami juga ikut terpengaruh oleh hasil pemilu dan ingin menunjukkan dukungan semampu kami, hingga kami dapat memilih pada pemilu berikutinya," ujar Kebede kepada CNN. 

"Saya hanya ingin menyuarakan keprihatinan saya bahwa Donald Trump seharusnya tidak melanjutkan penghinaannya terhadap ras tertentu atau merendahkan budaya warga lain," tuturnya. 

Kebede memaparkan bahwa ia dan ratusan siswa lainnya mengorganisasi aksi turun ke jalan ini melalui sosial media. Hasilnya, kelas-kelas di sekolah mereka kosong sejak pukul 10 pagi. 

Ia menyatakan bahwa kampanye Trump hanya mampu merebut "para pemilih berhati buruk". "Ini lah mengapa saya berunjuk rasa, agar ia [Trump] tahu bahwa meskipun ia berhasil menjadi presiden kita selanjutnya, kebencian yang ia sebarkan tidak akan ditoleransi."

Unjuk rasa pada Senin (14/11) ini menandakan hari keenam aksi protes anti-Trump di penjuru AS berlangsung sejak konglomerat asal New York ini terpilih sebagai presiden dalam pemilu pekan lalu. Sebagian besar aksi protes berlangsung damai, namun ada juga yang berakhir ricuh, seperti di Portland, Oregon, yang diwarnai penembakan pada Sabtu (12/11). Sekitar 17 orang ditahan dalam demonstrasi itu. 

Sebagian besar demonstran menolak kebijakan Trump soal imigrasi, lingkungan dan hak LGBT. Mayoritas massa juga mengaku khawatir sentimen diskriminasi dan rasisme berpotensi meningkat menyusul kemenangan Trump dalam pemilu 8 November lalu. Kekhawatiran ini menguat setelah beberapa kasus dengan sentimen Islamofobia dan xenofobia bermunculan di sejumlah kota di AS usai pemilu.

Para pakar mengkritik keikutsertaan siswa dalam demonstrasi ini, yang dinilai sebagai kesempatan mereka untuk bolos. Sejumlah pejabat sekolah di Los Angeles menyatakan mereka mendukung para siswa menyuarakan aspirasi mereka, namun menganjurkan berunjuk rasa di dalam lingkungan sekolah dan tidak menganggu kegiatan belajar. 

Trump terpilih sebagai presiden setelah mendulang mayoritas suara pemilih, atau electoral votes, mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton pada pilpres yang digelar pekan lalu. Trump akan menggantikan Obama menjabat di Gedung Putih mulai 20 Januari 2017. [mer-cnn]

Berita Lainnya

Index