Metroterkini.com - Polresta Samarinda menangkap 15 orang terkait pengeboman Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016).
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, polisi masih mendalami keterkaitan mereka dengan pelaku, Juhanda (32).
"Kami duga mereka orang yang punya hubungan dan kontak komunikasi dengan Juhanda," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/11/2016).
Namun, sejauh ini belum ada bukti yang mengarah bahwa 15 orang itu pernah satu kelompok bersama Juhanda untuk melakukan teror.
Juhanda diketahui pernah dipenjara karena kasus percobaan pengeboman di Serpong pada 2011 lalu. Pada tahun yang sama, dia juga terlibat dalam teror bom buku.
Saat itu, ia tergabung dalam kelompok teroris yang dipimpin Pepi Fernando.
"Mereka sudah lama diikuti. Namun tidak bisa kita ungkap perannya," kata Boy.
Boy mengatakan, status 15 orang tersebut sejauh ini masih saksi.
Waktu pemeriksaan mereka masih ada 7x24 jam untuk menentukan status mereka, apakah hanya saksi atau juga membantu Juhanda manjalankan aksi teror.
Ledakan terjadi di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pukul 10.10 Wita. Pelaku sempat melarikan diri, namun segera ditangkap dan dibawa ke Mapolresta Samarinda untuk dilakukan pemeriksaan.
Akibat kejadian ini, empat anak kecil mengalami luka bakar, belakangan setelah dirawat, salah seorang korban meninggal.
Keempatnya sedang bermain di area parkir sepeda motor saat bom molotov dilempar.
Setelah menangkap Juhanda, polisi menggeledah rumah yang selama ini ditumpanginya di Samarinda.
Di lokasi tersebut, polisi menyita ponsel, laptop, dan sejumlah dokumen.
Polisi juga membawa bahan-bahan yang diduga sebagai peledak yakni pupuk, belerang, arang, cuka, dan alkohol 70 persen. "Bahan tersebut umumnya bisa didapat di pasaran," kata Boy. [kompas]