Metroterkini.com - Ketua DPR RI Ade Komarudin menghadiri forum parlemen lima negara. Sambil membandingkan pengamanan di parlemen Australia, Ade menilai pengamanan untuk parlemen di Indonesia terlalu longgar.
"Saya kira kita terlalu terbuka tanpa menjamin keamanan dari para anggota parlemen," kata Ade usai menghadiri forum parlemen MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia) di Gedung Parlemen Tasmania, Salamanca Place, Hobart, Australia, Kamis (6/10/2016).
Dia mengambil contoh, balkon di atas tempat tamu memantau rapat di bawah terlihat berbeda dengan balkon di Gedung DPR, Senayan, Jakarta. Balkon di Gedung Parlemen Tasmania dibatasi oleh kaca, sedangkan balkon di Gedung DPR RI hanya dibatasi pagar.
"Tadi Presiden Senat Australia Stephen Parry sempat menunjukkan balkon di atas ditutup dengan kaca. Sedangkan kita terbuka. Kita di ruang rapat komisi maupun paripurna terbuka. Lobi kita siapa saja boleh masuk," kata Ade yang juga politisi Partai Golkar ini.
Menurutnya, anggota DPR juga perlu dijaga dari bahaya yang barangkali mengintai. Apalagi aksi terorisme bisa mengancam siapa saja dan kapan saja.
"Sekarang ancaman terorisme juga tinggi. Keamanan anggota DPR perlu dijamin," ujar Ade.
Tema keamanan dalam keterbukaan parlemen memang menjadi bahasan dalam forum MIKTA. Dalam forum, Ade menjelaskan DPR sedang berporses mewujudkan Sistem Pengamanan Terpadu di kompleks Parlemen.
"Badan Legislasi DPR saat ini tengah mematangkan konsep Sistem Pengamanan Terpadu di kawasan kompleks Parlemen yang akan memperkuat sistem keamanan kawasan parlemen, dan mengkombinasikannya dengan keluwesan yang diharapkan publik dan konstituen dalam menyampaikan aspirasinya," tutur Ade.
Kompleks Parlemen di Senayan termasuk obyek vital negara (Obvit). Pengamanan dilakukan personel polisi, TNI dan Unit Pengamanan Dalam yang dipimpin perwira polisi berpangkat AKBP. Unit Pengamanan Dalam juga bertanggung jawab terhadap pengamanan di Rumah Dinas Pimpinan Dewan dan Rumah Jabatan Anggota Dewan. [detik]