Metroterkini.com - Pemerintah Myanmar menyatakan akan menindak tegas organisasi Buddha ekstrem menyusul kekerasan dan pembakaran dua masjid yang mengakibatnya masyarakat Muslim mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Akibat peristiwa itu, tokoh peraih Nobel Perdamaian dan orang nomor satu di pemerintahan Myanmar, Aung San Suu Kyi dikritik oleh para pegiat dan pengacara hak asasi manusia karena tidak berupaya menghentikan kekerasan terhadap masyarakat minoritas Muslim, terutama etnis Rohingya.
Diberitakan Reuters, Jumat (15/7), menanggapi kritikan tersebut pemerintah Myanmar menyatakan akan menindak tegas organisasi radikal Buddha yang dikenal dengan nama Ma Ba Tha yang digawangi biksu ekstrem Wirathu. Myanmar mengancam akan menyeret organisasi itu ke pengadilan jika terus melakukan kekerasan dan menebar ujaran kebencian terhadap Muslim.
Pemerintahan presiden Htin Kyaw mengambil langkah mengejutkan, yaitu membentuk gugus tugas khusus untuk mencegah kekerasan agama. Dalam pernyataannya, Kyaw mengatakan gugus tugas ini bertanggung jawab menindak para pelaku kekerasan.
Ketegangan agama telah terjadi di negara mayoritas Buddha itu selama hampir setengah abad sejak pemerintahan junta militer. Tahun 2012 lalu terjadi konflik berdarah yang melibatkan Rohingya dan umat Buddha Rakhine.
Ribuan warga Rohingya yang merupakan kelompok marjinal yang terdiskriminasi di Myanmar kabur mengungsi. Etnis yang disebut PBB sebagai yang "paling teraniaya di dunia" ini tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar kendati telah tinggal beberapa generasi di negara itu.
Saat ini ada 125 ribu Muslim Rohingya yang masih mengungsi di kamp bagian barat negara itu.
Kekerasan antara warga Muslim dan Buddha juga terjadi di beberapa wilayah pada tahun 2013 dan 2014.
Pada Juni tahun ini, ratusan orang menghancurkan sebuah masjid dan melukai seorang warga Muslim di wilayah tengah Myanmar setelah cekcok masalah pembangunan pesantren.
Dalam peristiwa terpisah awal Juli lalu di bagian utara Myanmar, sekitar 500 warga Buddha membakar sebuah masjid. Polisi menahan lima orang terkait peristiwa ini.
Badan keagamaan Buddha di Myanmar, Komisi Negara Sangha Maha Nayaka, dalam pernyataannya pekan ini mengatakan sama sekali tidak mendukung dan mengecam tindakan kekerasan anti-Islam yang dilakukan Ma Ba Tha. [den-cnni]