Metroterkini.com - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengaku khawatir akan berbagai uji coba bom nuklir dan peluncuram roket Korea Utara beberapa bulan terkahir. Obama menilai bahwa tindakan agresif Korut itu menimbulkan kekhawatiran bagi seluru negara.
"Korea Utara merupakan kekhawatiran yang besar bagi kita semua," kata Obama dalam konferensi pers pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Jepang, dikutip dari The Guardian, Kamis (26/5).
Ditanya soal ancaman nuklir Korut terhadap AS, Obama memaparkan bahwa dia tengah merancang "arsitektur pertahanan" dengan Pentagon untuk melindungi AS dari serangan yang tidak diprediksi.
"Mereka tak akan mampu menngenai target AS. Namun, tiap kali mereka meluncurkan uji coba, mereka belajar sesuatu," ujarnya.
"Jelas bahwa secara ideologi mereka dan Kim Jong Un yakin, bahwa legitimasi mereka terkait dengan perkembangan senjata nuklir," tutur Obama.
Obama juga menyatakan tengah bernegoasiasi dengan China untuk mengatasi tindakan agresif Korut.
"Kamu melihat respon yang membaik dari China dan negara sekitar di kawasan itu, terkait kemungkinan Korea Utara menjual senjata atau materi rudal ke negara lain," kata Obama.
Obama berkunjung ke Jepang untuk menghadiri KTT G7, bersama dengan pemimpin Inggris, Perancis, Italia, Jerman dan Kanada.
Obama dijadwalkan akan berkunjung ke Hiroshima, kota yang pernah hancur lebur akibat bom atom sekutu menjelang akhir Perang Dunia II.
Terkait hal ini, Obama menyatakan, "Penjatuhan bom atom merupakan titik perubahan dalam sejarah modern. Ini sesuatu yang harus kita hadapi. Latar belakang nuklir akan selalu menghantui ingatan kita."
Obama menambahkan bahwa seluruh negara harus memiliki "perasaan terdesak" terhadap ancaman perang nuklir.
"Tugas meredam konflik dan membangun perdamaian belum selesai," katanya.
Masih soal nuklir, Obama juga sempat menyinggung kesepakatan antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia, termasuk AS, yang menyebutkan Iran harus mengurangi program nuklirnya. Kesepakatan itu, lanjut Obama, merupakan "keberhasilan yang besar." [cnn]